Menanggapi kondisi darurat ini, BPBD OKU bersama dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) telah melakukan langkah cepat.
BACA JUGA:Pimpin Apel Gabungan Pegawai BPBD : Walikota Prabumulih Tekankan Agar Disiplin !
BACA JUGA:Apel Gabungan, Teddy Ajak ASN Move On dari Libur Panjang Lebaran
Koordinasi telah dilakukan dengan instansi teknis untuk merancang tindakan tanggap darurat, mulai dari pemasangan bronjong penahan tanah, relokasi sementara penghuni rumah terdampak, hingga rencana jangka panjang pembangunan ulang drainase induk.
“Kami sudah turunkan tim teknis untuk menilai stabilitas tanah di area terdampak. Saat ini, langkah awal adalah pengamanan lokasi dan evakuasi warga yang tinggal paling dekat dengan tebing longsor. Kami juga akan pasang garis pengaman dan lakukan penguatan sementara,” ujar Januar.
Pihaknya juga tengah menyusun anggaran untuk penanganan darurat dan menunggu bantuan dari Pemerintah Provinsi Sumsel.
Selain itu, BPBD juga mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya jika hujan deras kembali terjadi dalam waktu dekat.
BACA JUGA:Wawako Lubuklinggau Sambut Kunjungan BPK untuk Pemeriksaan Terinci LKPD 2024
BACA JUGA:Bupati Edison Komitmen Lestarikan dan Majukan Adat Istiadat Asli Muara Enim
Menurut pantauan BPBD dan informasi dari BMKG Sumsel, wilayah OKU masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa pekan ke depan.
Kondisi tanah yang sudah jenuh air ditambah saluran air yang rusak berpotensi besar memicu longsor susulan, apalagi di kawasan-kawasan perbukitan dan pemukiman padat penduduk.
“Kami minta warga, khususnya yang berada di kawasan rawan longsor, agar segera melapor jika melihat tanda-tanda seperti retakan tanah, pohon miring, atau suara gemuruh tanah. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah jatuhnya korban jiwa,” tegas Januar.
Warga terdampak kini mulai berjaga-jaga. Beberapa keluarga telah memilih mengungsi ke rumah kerabat atau tempat aman lainnya.
Pemerintah setempat juga telah menyiapkan posko sementara untuk menampung warga yang membutuhkan tempat evakuasi, terutama bila cuaca memburuk.
Bencana longsor dan banjir ini menjadi catatan kelam bagi masyarakat Perumahan Sion yang sebelumnya hendak merayakan Idulfitri dengan suka cita.
“Harusnya kami kumpul keluarga dan bersilaturahmi, tapi sekarang justru sibuk membersihkan lumpur dan memikirkan bagaimana menyelamatkan rumah dari longsor,” keluh Fitriani, seorang ibu rumah tangga yang rumahnya berada di tepi longsoran.