Para peserta tampak khusyuk dalam doa, memohon keberkahan dan ampunan bagi para ulama yang telah berjasa dalam dakwah Islam di Sumatera Selatan.
Ziarah Kubro merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Palembang, khususnya para ulama dan habib, menjelang 10 hari terakhir di bulan Sya'ban.
Dalam kegiatan ini, para jemaah berziarah ke makam-makam ulama terkemuka di Kota Palembang seperti pemakaman Kambang Koci, Kawah Tengkurep, hingga Telaga Swidak.
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Potong Anggaran Perjalanan Dinas hingga 50 Persen
Menurut sejarah, tradisi ini telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu dan menjadi bagian dari budaya religius di Palembang yang dikenal dengan warisan Islamnya yang kuat.
Selain itu, ziarah ini juga dianggap sebagai sarana introspeksi diri bagi umat Islam agar senantiasa mengingat kematian dan meningkatkan keimanan menjelang Ramadan.
Akademisi UIN Raden Fattah Palembang, Ustadz Madi Apriadi, menekankan nilai-nilai positif yang terkandung dalam tradisi ini.
Menurutnya, Ziarah Kubro bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam mengingat kematian dan sebagai sarana introspeksi diri.
“Ziarah kubur adalah tradisi yang baik untuk dilestarikan karena mengingatkan kita akan kematian. Hal ini bisa menjadi bahan renungan untuk menjadi manusia yang lebih baik, terlebih dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan yang penuh ampunan,” ujar Ustadz Madi Apriadi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam, ziarah kubur dianjurkan sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal dan mendoakan mereka.
Namun, ia mengingatkan agar tradisi ini tetap dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan tidak disalahgunakan untuk praktik yang bertentangan dengan ajaran agama.
“Nyekar atau ziarah kubur adalah momen untuk mendoakan keluarga yang telah mendahului kita. Namun, niat dalam berziarah harus tetap lurus. Jangan sampai ada yang datang ke makam dengan tujuan meminta-minta atau melakukan ritual yang bertentangan dengan ajaran Islam. Jika itu terjadi, maka hal tersebut masuk dalam kategori perbuatan syirik,” tegasnya.
Sebagai bagian dari ritual, salah satu doa yang sering dipanjatkan saat berziarah adalah:
“Ya Allah, ampunilah dia, maafkanlah dia, tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), dan masukkan dia ke Surga serta jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”
Doa ini bertujuan agar Allah SWT mengampuni segala dosa orang yang telah meninggal dunia serta memberikan mereka kedamaian di alam kubur dan di akhirat kelak.