KORANPALPOS.COM - Penurunan harga Bitcoin yang signifikan baru-baru ini dinilai sebagai dampak dari sentimen negatif terhadap prospek kebijakan moneter Amerika Serikat pada tahun 2025.
Analis dari platform pertukaran kripto Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa sikap hawkish Federal Reserve (The Fed) menjadi salah satu faktor utama yang memicu aksi jual aset berisiko, termasuk kripto.
“Pekan lalu, The Fed mengindikasikan tingkat suku bunga akan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan. Mereka hanya memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga sepanjang 2025,'' ujar Fahmi, Selasa 24 Desember 2024.
BACA JUGA: Bitcoin Tembus 107.000 Dolar AS : Cermin Kepercayaan Pasar Global Makin Menguat !
BACA JUGA:Pelaku Crypto Exchange Optimis Bitcoin Tembus 100.000 Dolar AS
Setelah mencapai rekor tertinggi di level 108.000 dolar AS pada pekan lalu, harga Bitcoin turun tajam ke level 93.000 dolar AS pada Senin (23/12).
Penurunan lebih dari 10 persen ini menjadi salah satu koreksi terdalam yang dialami Bitcoin sepanjang tahun 2024.
Koreksi ini juga memberikan dampak pada saham-saham perusahaan yang terlibat dalam sektor kripto, seperti MicroStrategy, Coinbase, dan Marathon Digital, yang mengalami tekanan serupa.
BACA JUGA:Bitcoin Melonjak 40 Persen di November 2024 : Sentimen Investor Kripto Tetap Kuat !
BACA JUGA:Platform Kripto Ungkap Kemenangan Trump dan Data Makro AS Dorong Bitcoin Melonjak
Namun, tekanan jual mulai mereda pada Selasa (24/12), di mana harga Bitcoin kembali mengalami apresiasi kecil ke level 94.000 dolar AS.
Ethereum, aset kripto terbesar kedua, juga menunjukkan pergerakan positif dengan naik dari 3.300 dolar AS menjadi 3.400 dolar AS.
Pada perdagangan Senin, ETF Bitcoin spot mencatat aliran dana keluar neto yang cukup besar.
BACA JUGA:Tembus Kapitalisasi Pasar 1,77 Triliun Dolar AS : Bitcoin Jadi Pilihan Alternatif Investasi !
BACA JUGA: Industri Kripto Optimis : Bitcoin Semakin Diminati oleh Investor !