Oktaviansyah mengakui, beberapa perusahaan sudah berkontribusi melalui program CSR, namun ia menegaskan bahwa langkah ini belum cukup.
"Masalah debu dan pencemaran harus ditangani lebih serius. Ini soal kesehatan warga sekitar yang dampaknya bisa sangat panjang," katanya tegas.
Selain masalah batu bara, warga juga menyuarakan kerusakan jalan yang menyulitkan aktivitas sehari-hari.
BACA JUGA:Warga Minta Atasi Banjir, PDAM hingga Infrastruktur
BACA JUGA:Warga Usulkan Pembangunan Rumah Produksi UMKM
Di beberapa titik, kondisi jalan yang berlubang menjadi ancaman keselamatan, terutama bagi pengendara motor saat mengangkut hasil pertanian.
Belum lagi minimnya sarana air bersih yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat.
Keluhan infrastruktur juga meluas ke sektor pertanian.
Warga mengusulkan pengadaan alat-alat pertanian modern atau alsintan, bibit ternak seperti sapi dan kambing, hingga pencetakan sawah baru.
Semua ini menjadi harapan besar masyarakat Lahat agar taraf hidup mereka bisa lebih baik.
Di sektor pendidikan, kebutuhan akan fasilitas seperti ruang belajar tambahan, laboratorium, dan mushola sekolah menjadi sorotan.
“Masih ada sekolah yang belum memiliki mushola. Anak-anak bingung harus beribadah di mana saat waktu salat tiba,” ungkap Oktaviansyah, menyuarakan keluhan masyarakat.
Menanggapi semua keluhan tersebut, Oktaviansyah berkomitmen untuk membawa masalah ini ke tingkat provinsi.
Ia meminta pemerintah segera mendesak perusahaan tambang untuk menyelesaikan jalan khusus angkutan batu bara sehingga kendaraan tambang tidak lagi melewati jalan umum.
“Kami akan sampaikan ini kepada Gubernur Sumsel. Jalan khusus harus segera diselesaikan agar masyarakat tidak lagi terganggu,” katanya. Ia juga mendorong warga untuk menyampaikan aspirasi secara tertulis. “Dengan proposal, perjuangan kita jadi lebih terarah dan terukur,” imbuhnya.
Reses kali ini menjadi bukti nyata bagaimana seorang wakil rakyat hadir di tengah masyarakat, mendengarkan, dan memperjuangkan hak-hak konstituennya.