Kekecewaan serupa juga disuarakan oleh warga lainnya yang merasa kondisi pembangunan talud tidak sesuai harapan. Beberapa bagian talud yang dihancurkan tidak diganti dengan yang baru, dan pekerjaan di lapangan terlihat tidak rapi.
"Hanya sedikit yang dikerjakan, dan kondisi di lapangan sangat berantakan. Talud yang diseberang juga terputus," ungkap salah seorang warga yang menginginkan penjelasan lebih lanjut dari pemerintah.
BACA JUGA:Gelar Dapur Masuk Sekolah, Guru dan Siswa Mengapresiasi
Selain keluhan terkait pengerjaan talud, beberapa warga juga menyoroti dampak lingkungan dari proyek normalisasi ini. Tika, salah satu warga, mengungkapkan bahwa beberapa tanaman pisang di lahan miliknya yang terletak di pinggir sungai telah dirusak.
"Talud yang sudah dihancurkan tidak dibangun lagi, tanaman pisang kami juga sudah dirobohkan. Tetapi tanahnya tidak dirapikan, banyak pecahan kaca dan sampah," keluhnya.
Selain itu, warga lainnya juga meminta agar jalan yang rusak akibat pengerjaan proyek ini segera diperbaiki, mengingat ada beberapa rumah yang mengalami keretakan.
"Ada tiga rumah yang mengalami keretakan, mohon untuk segera ditindaklanjuti," ujar seorang warga yang merasa langsung terdampak dari proyek ini.
Menanggapi keluhan-keluhan yang muncul, Musni Yudiantara, PPK Proyek normalisasi dari Dinas PUPR Kota Prabumulih, menyatakan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi terbaik.
BACA JUGA:Kembangkan Komoditas Lokal Lewat KUR UMKM
"Apa yang menjadi keluhan dan tuntutan masyarakat akan kami sampaikan kepada pimpinan untuk dicarikan jalan keluarnya," ujarnya.
Sementara itu, Andi Yulian Rijaya, perwakilan dari pelaksana proyek normalisasi Sungai Kelekar, juga berkomitmen untuk menindaklanjuti keluhan warga. "Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki situasi ini, baik dalam hal pengerjaan proyek maupun perbaikan lingkungan yang terdampak," kata Andi.
Proyek normalisasi Sungai Kelekar memang menjadi langkah penting bagi Pemerintah Kota Prabumulih dalam mengatasi banjir yang sering merusak infrastruktur dan ekonomi masyarakat.
Namun, seperti halnya proyek besar lainnya, tantangan dalam pelaksanaan tetap ada, terutama terkait dengan komunikasi antara pemerintah, pelaksana proyek, dan masyarakat.
Sebagai proyek dengan anggaran besar, keberhasilan normalisasi Sungai Kelekar diharapkan tidak hanya terukur dari volume pengerjaan fisik, tetapi juga dari bagaimana dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dapat dikelola dengan baik.
Dengan pendekatan yang transparan dan inklusif, proyek ini diharapkan bisa mengatasi persoalan banjir sekaligus memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Prabumulih. (abu)