Ironisnya lagi sambung pauzia, data dari Rutan Prabumulih menunjukkan bahwa hampir 60 persen warga binaan adalah kasus pengguna narkoba.
"Dari 60 orang yang kami rehabilitasi, banyak di antaranya adalah warga tidak mampu," ungkap Pauzia.
Salah satu hal yang paling mengkhawatirkan adalah maraknya penggunaan narkoba di kalangan anak-anak. Pauzia mencatat bahwa kasus anak-anak yang terlibat dengan narkoba semakin meningkat.
"Kami pernah menemukan kasus anak SMP yang sudah terkontaminasi narkoba, dan ini sangat memprihatinkan," ucapnya.
Pauzia menekankan pentingnya perhatian dari orang tua dan masyarakat untuk menjaga anak-anak dari pengaruh buruk narkoba.
"Pendidikan dan sosialisasi mengenai bahaya narkoba harus dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar," tambahnya.
Dalam upaya memerangi narkoba, BNN juga mengajak wartawan untuk berperan aktif dalam menyebarkan informasi terkait bahaya narkoba.
"Kami mengajak rekan-rekan wartawan untuk ikut mensosialisasikan bahaya narkoba melalui pemberitaan. Harapannya, masyarakat menjadi lebih sadar akan risiko yang ditimbulkan," ujar Pauzia.
Pemberitaan yang tepat dan informatif dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya narkoba.
"Dengan informasi yang benar, kita bisa mengedukasi masyarakat untuk menjauhi narkoba," tambahnya.
Lebih lanjut, Pauzia juga menekankan pentingnya koordinasi antara BNN, pemerintah kota Prabumulih, dan DPRD. Ia berharap agar ada penganggaran dana khusus untuk rehabilitasi pengguna narkoba.
"Saat ini, kami hanya memiliki anggaran untuk 15 orang, padahal yang membutuhkan rehabilitasi sudah mencapai 60 orang," ungkapnya.
Dengan dukungan anggaran yang memadai, diharapkan lebih banyak pengguna narkoba dapat direhabilitasi dan dipulangkan ke masyarakat dengan kondisi yang lebih baik.
"Kebanyakan dari mereka adalah warga tidak mampu yang sangat membutuhkan bantuan," pungkas Pauzia.