KORANPALPOS.COM - Pada tahun 1970-an, Indonesia memulai babak baru dalam pembangunan infrastruktur transportasi dengan membangun jalan tol pertamanya, Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi).
Proyek ini mendapat dukungan besar dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang menjadi salah satu katalis utama dalam merealisasikan infrastruktur modern.
Pada masa itu, jalur antara Jakarta dan Bogor adalah salah satu yang paling sibuk di Indonesia.
BACA JUGA:Asal-Usul dan Legenda Tanjung Batu Ogan Ilir : Kisah Sang Sungging dan Mitos Burung Ketitiran !
Setiap harinya, sekitar 9.000 kendaraan melintasi rute sepanjang 60 kilometer ini, dengan kemacetan yang membuat kecepatan kendaraan hanya berkisar 40 km/jam.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat semakin memperburuk kondisi lalu lintas, yang meningkat dua kali lipat antara tahun 1969 dan 1971.
Dalam situasi ini, kebutuhan akan solusi transportasi yang lebih efisien semakin mendesak.
Wali Kota Jakarta saat itu, Soediro, mengajukan usulan pembangunan jalan tol kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara (DPRDS) pada tahun 1955.
Namun, ide ini awalnya ditolak dengan alasan bahwa penetapan tarif di jalan tol dianggap mirip dengan pajak kuno di era kolonial dan dikhawatirkan mengganggu lalu lintas yang ada.
Namun, dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat hingga mencapai 222.000 unit, usulan Soediro mulai dipertimbangkan kembali.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Talang Buluh di Banyuasin : Dari Tanah Kosong dan Kisah Keluarga Masidin !