Harga minyak goreng kemasan sederhana juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,11 persen atau Rp20 menjadi Rp18.290 per kg, sedangkan minyak goreng curah turun lebih signifikan sebesar 1,13 persen atau Rp190 menjadi Rp16.580 per kg.
Hal ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat di tengah kebutuhan akan minyak goreng yang tinggi.
Harga tepung terigu curah juga mengalami penurunan sebesar 1,67 persen atau Rp170 menjadi Rp10.000 per kg.
Penurunan ini mungkin berdampak positif bagi pelaku usaha kecil dan industri rumah tangga yang bergantung pada tepung terigu untuk berbagai produk makanan.
Selain itu, tepung terigu non curah juga turun sebesar 0,46 persen atau Rp60 menjadi Rp13.090 per kg, memberikan pilihan yang lebih terjangkau bagi konsumen.
Di sektor pakan ternak, harga jagung di tingkat peternak naik signifikan sebesar 4,86 persen atau Rp290 menjadi Rp6.260 per kg.
Kenaikan harga jagung ini bisa mempengaruhi harga produk peternakan yang bergantung pada jagung sebagai pakan ternak.
Sementara itu, harga garam halus beryodium tercatat naik 0,17 persen atau Rp20 menjadi Rp11.610 per kg, dan harga ikan kembung mengalami kenaikan sebesar 1,59 persen atau Rp590 menjadi Rp37.680 per kg.
Begitu pula harga ikan tongkol naik 0,48 persen atau Rp150 menjadi Rp31.210 per kg.
Di sisi lain, ikan bandeng mengalami penurunan harga sebesar 2,77 persen atau Rp920 menjadi Rp32.330 per kg.
Kenaikan harga pangan ini menjadi perhatian serius pemerintah.
Badan Pangan Nasional terus melakukan pemantauan untuk memastikan ketersediaan pasokan dan mengendalikan harga di pasar.
Faktor cuaca yang tidak menentu serta gangguan dalam rantai pasokan menjadi salah satu penyebab fluktuasi harga komoditas ini.
Di sisi lain, langkah-langkah perlu disiapkan untuk mengurangi dampak kenaikan harga bagi masyarakat, terutama pada bahan pokok seperti beras, telur, dan sayuran.
Pemerintah melalui Bapanas dapat mempertimbangkan opsi untuk menstabilkan harga melalui operasi pasar atau subsidi pada komoditas tertentu.
Fluktuasi harga komoditas pangan ini berpotensi meningkatkan pengeluaran rumah tangga, terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah yang sangat bergantung pada bahan-bahan pokok dengan harga terjangkau.