Seperti hujan deras atau kekeringan, dapat menghambat produksi komoditas tertentu, yang kemudian menyebabkan kenaikan harga.
2. Distribusi dan Rantai Pasok
Keterlambatan distribusi atau masalah di rantai pasok juga dapat memengaruhi harga pangan.
Terkadang, kendala logistik menyebabkan keterbatasan pasokan di beberapa wilayah, yang berdampak pada kenaikan harga.
3. Permintaan Musiman
Permintaan terhadap beberapa komoditas pangan dapat meningkat pada waktu-waktu tertentu, misalnya menjelang perayaan hari besar.
Peningkatan permintaan ini bisa menyebabkan lonjakan harga pada komoditas tertentu, seperti daging, telur, dan minyak goreng.
4. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia melalui Badan Pangan Nasional dan Bulog memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan harga pangan. Upaya stabilisasi pasokan beras, misalnya, dilakukan melalui SPHP yang dikelola Bulog.
Kebijakan impor juga sering kali dilakukan untuk menjaga pasokan dan mengendalikan harga komoditas yang mengalami kenaikan signifikan.
5. Harga Global
Harga komoditas di pasar global juga memengaruhi harga di tingkat nasional, terutama untuk komoditas yang sebagian besar masih bergantung pada impor, seperti kedelai dan gula. Fluktuasi harga internasional, terutama pada minyak kelapa sawit, turut berkontribusi pada kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri.
Fluktuasi harga pangan ini tentunya berdampak langsung pada daya beli masyarakat dan operasional pedagang.
Penurunan harga seperti pada cabai dan beras memberikan sedikit ruang bernapas bagi konsumen rumah tangga yang selama ini terbebani dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Penurunan harga cabai rawit merah, misalnya, sangat diharapkan oleh konsumen karena cabai adalah bahan utama dalam masakan sehari-hari.
Namun, bagi pedagang, fluktuasi harga dapat memengaruhi keuntungan mereka.