Banyak keluarga dan anak muda yang memanfaatkan swalayan ini untuk belanja dan menyiapkan berbagai keperluan.
Namun, perjalanan Swalayan Dika tak selalu mulus.
Sejak terjadi tiga kali kebakaran, yang terakhir pada tahun 2006, swalayan ini sempat tutup selama beberapa waktu.
BACA JUGA:7 Kabupaten Penghasil Gas Alam Terbesar di Sumatera Selatan : Jantung Energi Gas Alam Indonesia !
Pada tahun 2008, setelah direnovasi, swalayan ini kembali dibuka, namun kondisi yang sudah terlanjur sepi akibat penutupan selama dua tahun membuat swalayan ini kehilangan pelanggannya.
Sejak saat itu, suasana Swalayan Dika tak lagi seperti dahulu.
Bangunan megah yang dulunya ramai kini hanya tersisa satu lantai yang masih beroperasi, dihuni oleh pedagang handphone, penjahit baju, dan toko bingkai foto.
Kehidupan Swalayan Dika yang pernah menjadi primadona belanja masyarakat Palembang kini seolah tenggelam di bawah bayang-bayang pusat perbelanjaan modern yang bermunculan di berbagai sudut kota.
Meskipun sebagian bangunan masih aktif digunakan, ia tak lagi menjadi pilihan utama warga seperti dulu.
2. Hero Mall
Nasib serupa juga dialami oleh Hero Mall, sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Kecamatan Bukit Kecil, Komplek Ilir Barat Permai (IBP), Palembang.
Pada era 1990-an, Hero Mall adalah tempat hits bagi remaja-remaja gaul di Palembang.
Mall ini menjadi tempat ngumpul favorit untuk menikmati hiburan seperti menonton film di Cinema 21 dan bermain bom-bom car.
Suasana Hero Mall di era itu begitu semarak dengan banyaknya anak muda yang berkumpul, berbelanja, dan bersosialisasi di sana.
Namun, kejayaan Hero Mall tak berlangsung lama.