Dalam aksi damai yang digelar, warga menuntut agar pihak pemerintah daerah segera mencari solusi yang lebih konkret. Mereka mendesak agar pembangunan siring tetap dilakukan, meskipun harus melalui mediasi dengan Pertagas dan Pertamina. Warga berpendapat bahwa keselamatan dan kenyamanan mereka seharusnya menjadi prioritas dalam setiap proyek pembangunan infrastruktur.
BACA JUGA:Kapolsek Gelumbang, Lawang Kidul, dan Tanjung Agung Diganti
BACA JUGA:Sistem Barcode MyPertamina Mulai Diterapkan di Prabumulih : Sejumlah Pengemudi Kebingungan !
Warga juga menegaskan bahwa jika keluhan mereka tidak didengarkan, aksi protes akan terus dilakukan hingga pemerintah daerah dan pihak kontraktor memberikan kepastian mengenai pembangunan siring. Mereka tidak ingin proyek trotoar ini justru membawa masalah baru bagi lingkungan sekitar.
Di sisi lain, Andre dari Dinas PUPR mengakui bahwa pihaknya masih berupaya untuk berkomunikasi dengan Pertagas dan Pertamina agar pembangunan siring dapat dilakukan di area yang saat ini masih menjadi kendala. Ia juga berjanji akan terus memantau perkembangan situasi dan mencari alternatif lain yang mungkin bisa diterapkan, seperti pembuatan saluran air di lokasi yang tidak berbenturan dengan lahan milik pihak lain.
Warga berharap pemerintah Kabupaten Banyuasin dapat segera menyelesaikan permasalahan ini, sehingga tidak ada lagi banjir yang mengancam rumah mereka. Diana Kusmila dan warga lainnya juga menegaskan bahwa mereka siap berdialog dengan pihak terkait untuk mencari solusi yang adil dan menguntungkan semua pihak.
Dengan kondisi yang ada, warga Kelurahan Kedondong Raye berharap bahwa proyek trotoar ini tidak hanya memperindah kota, tetapi juga tetap memperhatikan kenyamanan dan keselamatan masyarakat sekitar.