Oleh karena itu, aturan etika berbusana sangat penting untuk memastikan bahwa lingkungan kampus tetap kondusif dan tidak tercemar oleh tren busana yang berpotensi merusak nilai-nilai kesopanan.
Perilaku imitasi dalam berpakaian ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada lingkungan sosial secara lebih luas.
Sani mengungkapkan bahwa ada tekanan sosial yang dirasakan oleh anak muda untuk mengikuti tren busana tertentu. Tekanan ini sering kali datang dari media sosial dan peer pressure atau tekanan dari teman sebaya.
"Anak muda sering merasa harus mengikuti tren agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Ini adalah bagian dari tekanan sosial yang sering mereka hadapi, baik dari media sosial maupun dari lingkungan pergaulannya. Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa tren tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di lingkungan tertentu," jelas Sani.
Dia menambahkan bahwa orang tua dan pihak kampus perlu memberikan pemahaman kepada anak muda tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara mengikuti tren dan tetap mematuhi etika berbusana yang pantas.
Menurut Sani, anak muda perlu memahami bahwa menjadi modern tidak selalu berarti harus meniru semua tren yang viral, apalagi jika tren tersebut melanggar norma sosial.
Di era modern ini, banyak anak muda yang menganggap bahwa mengikuti tren busana adalah salah satu cara untuk menunjukkan identitas diri dan kebebasan berekspresi.
Namun, seperti yang dijelaskan oleh Sani, modernisasi tidak seharusnya dijadikan alasan untuk mengabaikan etika dalam berpakaian.
"Sekarang ini, banyak mahasiswa yang lebih fokus pada pengakuan sosial dan ingin dianggap up-to-date dengan gaya busana terkini. Namun, etika dan aturan tetap harus menjadi pedoman utama dalam berpakaian, terutama di kampus," kata Sani.
Penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa nilai-nilai kesopanan dan etika berpakaian tidak boleh diabaikan, meskipun mereka ingin dianggap modern atau mengikuti tren.
Ada batasan yang harus dihormati, terutama di lingkungan akademik, di mana kesopanan dan tata krama menjadi bagian dari norma yang dijunjung tinggi.
Tren busana di kalangan anak muda memang tidak lepas dari pengaruh perilaku imitasi dan viralitas di media sosial.
Namun, penting bagi mereka untuk tetap mempertimbangkan etika dan kesopanan, terutama di lingkungan akademik.
Kampus sebagai institusi pendidikan perlu memiliki aturan yang jelas terkait etika berpakaian, agar tercipta lingkungan yang kondusif dan tetap menghormati nilai-nilai kesopanan.
Orang tua dan pihak kampus juga berperan penting dalam memberikan pemahaman kepada anak muda tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara mengikuti tren dan tetap mematuhi norma yang ada.
Di era modern ini, etika berpakaian masih harus dijunjung tinggi sebagai bagian dari identitas diri yang bermartabat. (ant)