Acara ini sering diadakan di masjid-masjid dan tempat-tempat umum. Tradisi di Turki ini dikenal dengan sebutan “Mevlid Kandili,” yang mencerminkan rasa syukur umat Muslim Turki atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Di Maroko, Maulid Nabi dirayakan dengan acara zikir dan doa bersama, serta pembacaan sejarah hidup Nabi Muhammad.
Pada malam Maulid, umat Muslim di Maroko berkumpul di masjid untuk melakukan shalat sunnah dan mendengarkan ceramah agama yang membahas kehidupan dan keteladanan Nabi.
Di Mesir, perayaan Maulid Nabi dipenuhi dengan kegiatan zikir, pembacaan kisah kehidupan Nabi, dan acara-acara sosial.
Mesir memiliki sejarah panjang dalam memperingati Maulid Nabi, di mana acara ini menjadi salah satu perayaan keagamaan terbesar yang dihadiri oleh ribuan orang di seluruh negeri.
Kontroversi Seputar Peringatan Maulid
Meskipun peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW banyak dirayakan, ada sebagian umat Islam yang tidak merayakannya karena menganggapnya sebagai bid'ah (inovasi dalam agama) yang tidak dilakukan pada masa Nabi dan para sahabat.
Mereka berpendapat bahwa perayaan ini tidak memiliki dasar dalam syariat Islam dan tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Kendati demikian, mayoritas umat Islam, terutama di Indonesia, tetap merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi.
Perbedaan pandangan ini tidak mengurangi semangat umat dalam menjaga tradisi Maulid, yang lebih dilihat sebagai cara untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan memperkuat cinta kepada Rasulullah SAW.
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan yang kaya akan nilai sejarah dan budaya.
Meskipun ada perbedaan pandangan mengenai keabsahannya, perayaan ini tetap menjadi momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW dan meneladani sifat-sifat mulia yang diajarkannya.
Peringatan Maulid juga menjadi ajang untuk mempererat persaudaraan dan memperdalam pemahaman agama, serta memperkuat ikatan umat dengan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang sempurna.