Tahaji bin Sajidin atau Puyang Kilat Kemarau menikah dengan Mahesa binti Madarus dari Jawa Tengah.
Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai beberapa anak, di antaranya:
1. Tasaima
2. Tasaiya
3. Sak Ayu
Anak-anak ini menjadi penerus dari garis keturunan Puyang Kilat Kemarau, yang kemudian menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Sekayu.
Keturunan mereka menjaga tradisi yang telah diwariskan, termasuk dalam hal kepemimpinan dan pertahanan wilayah.
Puyang Depati dan Puyang Kilat Kemarau adalah dua tokoh penting dalam sejarah Musi Ilir, khususnya di Sekayu.
Kepemimpinan mereka yang bijaksana, keberanian dalam menghadapi ancaman, serta kontribusi mereka dalam membangun keamanan dan kesejahteraan rakyat, telah membuat mereka dikenang sebagai pahlawan lokal yang dihormati.
Warisan mereka tidak hanya terlihat dalam bentuk stabilitas wilayah, tetapi juga dalam nilai-nilai yang terus dijaga oleh keturunan mereka hingga saat ini.
Nama-nama mereka masih hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Sekayu, sebagai simbol dari keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan dalam memimpin.
Puyang Depati dan Puyang Kilat Kemarau bukan hanya pemimpin di masanya, tetapi juga panutan bagi generasi-generasi berikutnya.