Selain itu, bank sentral juga berperan sebagai pembeli emas besar-besaran untuk memperkuat cadangan devisa mereka.
“Emas terus menjadi pilihan favorit bagi banyak bank sentral, terutama di tengah ketidakpastian global yang tinggi,” kata Kar Yong Ang.
Pembelian emas oleh bank sentral ini berkontribusi pada peningkatan harga emas di pasar internasional.
BACA JUGA:Update ! Harga Emas Antam 4 September 2024 : Naik Tipis Rp2.000 Menjadi Rp1.406 Juta per Gram
Di tengah ketidakstabilan politik global, emas kembali berperan sebagai aset safe haven. Ketidakpastian geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur, memberikan dukungan tambahan bagi kenaikan harga emas.
Dalam situasi yang penuh dengan risiko geopolitik, investor cenderung memilih aset yang lebih aman seperti emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka.
“Selama ketidakpastian politik masih ada, emas akan tetap diminati oleh investor yang mencari perlindungan dari volatilitas pasar,” ujar Kar Yong Ang.
Konflik dan ketegangan politik global cenderung meningkatkan permintaan emas sebagai instrumen lindung nilai, mengingat logam mulia ini tidak terpengaruh langsung oleh gejolak politik maupun inflasi.
Faktor geopolitik yang mempengaruhi harga emas juga datang dari ketegangan ekonomi antara negara-negara besar, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Eskalasi ketegangan antara kedua negara tersebut meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global, yang pada akhirnya memberikan dorongan tambahan pada harga emas.
Tidak hanya faktor geopolitik dan kebijakan moneter yang mendorong kenaikan harga emas, permintaan dari negara-negara konsumen utama emas, seperti China dan India, juga tetap kuat.
Dua negara ini merupakan konsumen terbesar emas dunia, terutama untuk keperluan perhiasan dan investasi.
Di India, permintaan emas cenderung meningkat selama musim perayaan dan pernikahan, yang secara tradisional dianggap sebagai momen penting untuk membeli emas.
Pemerintah India sendiri baru-baru ini memotong bea impor emas dan perak dari 15 persen menjadi 6 persen, sebagai upaya untuk mendukung konsumsi domestik selama musim perayaan.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan emas secara signifikan di negara tersebut, yang pada akhirnya memberikan dorongan tambahan bagi harga emas di pasar internasional.