Banyak keluarga yang harus mengatur ulang anggaran belanja mereka atau mencari alternatif bahan makanan yang lebih terjangkau.
Selain itu, kenaikan harga pangan juga berdampak pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), terutama di sektor kuliner.
Pedagang makanan, warung makan, dan restoran harus menaikkan harga jual produk mereka untuk menutupi biaya bahan baku yang semakin mahal. Hal ini pada akhirnya dapat mempengaruhi jumlah pelanggan dan pendapatan mereka.
Untuk meredam gejolak harga pangan, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional dan berbagai instansi terkait terus memantau harga dan pasokan pangan di seluruh Indonesia.
Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang diluncurkan pemerintah bertujuan untuk menjaga ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Selain itu, pemerintah juga mendorong produksi pangan lokal agar ketergantungan terhadap impor bisa dikurangi.
Peningkatan produksi cabai, bawang, daging, dan bahan pangan lainnya diharapkan dapat membantu menstabilkan harga di pasar dan menjaga daya beli masyarakat.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan harga pangan dapat kembali stabil dan masyarakat tidak terlalu terbebani dengan kenaikan harga yang signifikan.
Monitoring dan intervensi dari pemerintah diharapkan menjadi solusi jangka pendek.
Sementara upaya peningkatan produksi dalam negeri menjadi solusi jangka panjang bagi masalah fluktuasi harga pangan di Indonesia.