Secara umum, tinggi gelombang laut diprediksi berada di kisaran 0,5 hingga 2,5 meter.
Namun, untuk wilayah perairan Samudra Hindia Barat Daya Lampung, tinggi gelombang diperkirakan mencapai 2,5 hingga 4 meter.
Kondisi ini tentu menjadi perhatian khusus bagi para nelayan dan pelaku kegiatan maritim di wilayah tersebut.
Selain memperkirakan kondisi cuaca dan gelombang laut, BMKG juga memberikan peringatan terkait potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa wilayah Indonesia.
Daerah yang paling rentan terhadap karhutla meliputi wilayah Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan sebagian kecil Papua bagian selatan.
Masyarakat di wilayah-wilayah tersebut diimbau untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu kebakaran, seperti membakar sampah atau membuka lahan dengan cara membakar.
Perkiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG ini tentunya berdampak signifikan terhadap berbagai aktivitas masyarakat, baik di kota besar maupun di wilayah perairan.
Di kota-kota yang diprediksi mengalami hujan lebat, masyarakat diminta untuk selalu membawa perlengkapan hujan dan waspada terhadap potensi banjir lokal, terutama di wilayah dengan drainase yang kurang baik.
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, peringatan tinggi gelombang laut juga harus menjadi perhatian.
Nelayan dan pengguna jasa transportasi laut harus mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum melakukan aktivitas di laut, terutama di wilayah Samudra Hindia Barat Daya Lampung yang diprediksi mengalami gelombang tinggi.
Prakiraan cuaca seperti ini juga mengingatkan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim.
Peningkatan frekuensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir menjadi salah satu indikasi perubahan pola cuaca yang semakin tidak menentu.
Pemerintah, melalui BMKG, terus berupaya memberikan informasi cuaca secara tepat waktu agar masyarakat dapat mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan.
Di sisi lain, masyarakat juga diharapkan dapat lebih peduli terhadap lingkungan, terutama dalam menjaga kelestarian hutan dan lahan.
Potensi karhutla yang terus meningkat menjadi salah satu dampak dari perubahan iklim, yang juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Oleh karena itu, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana yang mungkin terjadi.