Sementara Mawardi sendiri akan berpasangan dengan Anita Noeringhati, kader Golkar yang saat ini Ketua DPRD Sumsel.
Kemungkinan muncul pasangan calon baru masih terbuka sebab PDI Perjuangan, PKB, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Hanura, Perindo, dan PPP belum menentukan sikap akhir tentang siapa figur yang diusungnya.
“Jika hanya tiga pasang calon maka pertarungan perebutan suara di Pilgub Sumsel akan sangat sengit karena peta kekuatannya nyaris berimbang,” katanya.
BACA JUGA:Dukungan Tokoh Masyarakat Palembang untuk Pasangan HDCU di Pilkada Sumsel 2024
BACA JUGA:Milenial Gibran Sumatera Selatan Siap Menangkan HDCU di Pilgub Sumsel 2024
PatraData Dashboard System (PDS), lembaga riset dan pendampingan politik dengan bigdata yang mengembangkan algoritma politik melakukan simulasi peta kekuatan politik di Sumatera Selatan memastikan pertarungan berjalan keras.
Metode kerja platform PatraData ini sendiri memotret pemetaan politik dengan menghitung dan mengidentifikasi pola dan kecenderungan pemilih berdasarkan hasil Pemilu selama sepuluh tahun terakhir.
Modal politik pasangan Mawardi Yahya – Anita Noeringhati (Matahati) suara parpol pengusung pasangan ini.
Dari 6.326.348 pemilih berdasarkan DPT 2024 yang memilih pada 25.985 TPS, Golkar menjadi partai berhasil meraih suara terbanyak dengan 749.720 suara dan menguasai 12 kursi (16 persen) di DPRD Provinsi.
Disusul Gerindra (716.413 suara) atau 11 kursi (15 persen). Namun apabila PAN yang memperoleh 411.711 suara dan 6 kursi (8 persen) pada Pemilu 2024 itu mendukung koalisi Matahati, artinya itu menambah kekuatan koalisi Matahati menjadi 39 persen suara atau 29 kursi.
Sedangkan, koalisi Nasdem, PKS, dan Demokrat yang mencalonkan Herman Deru-Cik Ujang memiliki modal politik 1.432.381 suara atau 33 persen suara. Dari dua koalisi terkuat ini, tak ada yang menguasai perolehan suara secara mayoritas di atas 50 persen.
Sementara, partai-partai yang belum menentukan pilihan calon yang sekitar 27 persen akan sangat menentukan peta kekuatan kandidat.
Praktis, dengan peta kekuatan seperti ini, pertarungannya akan sangat keras dan terbuka. Keberimbangan ditunjukkan oleh tidak adanya koalisi partai yang mendominasi secara telak di 18 kabupaten/kota.
Gabungan perolehan suara pengusung Matahati unggul di 11 dari 18 Kabupaten, yaitu di Lubuk Linggau (37 persen), Palembang (42 persen), Prabumulih (37 persen), Banyuasin (36 persen), Empat Lawang (58 persen), Muara Enim (40 persen), Musi Banyuasin (42 persen), Musi Rawas (43 persen), Ogan Ilir (35 persen), dan PALI (Panukal Abab Lematang Ilir) (37 persen).
Dari ke-11 keunggulan tersebut, Matahati di Empat Lawang unggul 58 persen. Selebihnya semata unggul tipis dari koalisi atau gabungan partai lain.
Di Musi Rawas Utara koalisi Matahati bahkan teridentifikasi cukup lemah yakni hanya bermodal politik 28 persen.