PALEMBANG, KORANPALPOS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa komoditas beras mulai mengalami tren inflasi lagi setelah periode deflasi yang signifikan pada April dan Mei 2024.
Kembalinya tren inflasi ini mempengaruhi sejumlah sektor ekonomi dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku pasar.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa inflasi beras pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,94 persen, dengan kontribusi terhadap inflasi umum sebesar 0,04 persen.
BACA JUGA:Data BPS Terbaru 2024 : Begini Kondisi Inflasi di Sumatera Selatan yang Sebenarnya !
BACA JUGA:5 Kabupaten Paling Hemat di Sumatera Selatan 2024 : Juaranya Bukan Pagaralam !
Angka ini menunjukkan perubahan signifikan setelah beras mengalami deflasi yang cukup dalam selama dua bulan sebelumnya.
“Setelah deflasi pada bulan April dan Mei 2024, beras mulai menunjukkan tren inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga beras tidak hanya terjadi pada satu wilayah saja, tetapi juga merata di berbagai provinsi di Indonesia,” kata Amalia.
Menurut Amalia, kembalinya tren inflasi beras sejalan dengan penurunan produksi beras pasca-panen padi utama.
BACA JUGA:5 Kabupaten dan Kota Paling Boros di Sumatera Selatan 2024 : Juaranya Bukan Lubuklinggau !
BACA JUGA:5 Kabupaten di Sumatera Selatan yang Warganya Paling Banyak Stunting : Lubuklinggau Tidak Termasuk !
Selama periode puncak panen, pasokan beras melimpah dan harga cenderung menurun. Namun, setelah masa panen berakhir, produksi beras berkurang yang menyebabkan harga kembali naik.
“Penurunan produksi beras setelah masa puncak panen berpengaruh besar terhadap harga. Ini tidak hanya mempengaruhi harga beras di satu provinsi tetapi juga di 25 provinsi di Indonesia,” jelasnya.
BPS mencatat bahwa rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Juli 2024 adalah Rp6.497 per kilogram (kg), naik 5,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya.