"Baik itu kolam semen, kolam tanah, atau pun kolam terpal. Karena resiko budidaya ikan dalam sungai memang sangat labil, baik kualitas airnya atau kondisi ikannya. Kadang pagi ikan sehat tiba-tiba malam mati," jelasnya.
BACA JUGA:Caleg Terpilih DPRD Prabumulih Wajib Laporkan LHKPN
BACA JUGA:Latih Kesiapsiagaan Personel Bhabinkamtibmas Menghadapi Karhutlah
Lebih jauh, mereka tidak tahu aliran sungai, apalagi Kabupaten OKI yang disebut wilayah ilir. Dimana ilir adalah tempat berkumpulnya sampah, limbah, kualitas air jelek.
"Kita yang tampung. Itulah resiko untuk pengusaha ikan," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, Udin (44), pemilik salah satu Kerambah Toman di kelurahan Kayuagung Alsi mengaku, banyak ikan di dalam kerambahnya yang mati mendadak.
"Saya tidak tahu karena apa matinya, mungkin faktor air dan anehnya dulu tidak seperti ini. Air Sungai Komering surut sudah hampir satu bulanan," tandasnya, Rabu, 24 Juli 2024.
BACA JUGA:1 Januari 2025, Opsen Pajak PKB dan BBNKB Akan Langsung Masuk Ke Kas Daerah
BACA JUGA:Kejari OKU Ajak Kepala Sekolah Melek dan Cegah Korupsi
Menurut Udin, dalam satu hari, jumlah ikan Toman yang mati di dalam kerambah beragam. Terkadang 5 ekor, 10, bahkan pernah lebih dari itu. Dimana, ikan yang sudah mati terpaksa harus dibuangkan.
"Dan yang pastinya, sebagai pemilik akan mengalami kerugian. Palingan jika dijual hanya akan balik modal saja. Jika itu terus berlangsung, takutnya bisa gulung tikar," tutupnya. ***