Mitos-mitos Seputar Serangan Jantung saat Berolahraga
Ilustrasi serangan jantung-Foto: Istimewa-
KESEHATAN, KORANPALPOS.COM - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Teuku Istia Muda Perdan Sp J.P FIHA menyampaikan penjelasan mengenai mitos-mitos seputar serangan jantung saat berolahraga.
Dalam diskusi kesehatan yang diikuti via daring dari Jakarta, Selasa, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengemukakan bahwa mitos tentang menepuk punggung atau menusuk jari menggunakan jarum untuk menolong orang yang mengalami serangan jantung tidak tepat.
"Mitos ditepuk punggungnya, jari ditusuk agar keluar darah itu tidak tepat, karena bisa memperlama waktu untuk dibawa ke rumah sakit," kata dokter yang biasa disapa Dani itu.
Menurut dia, mitos bahwa tangan dan kaki yang sering berkeringat merupakan tanda penyakit jantung juga sepenuhnya salah.
BACA JUGA:Istirahat yang Cukup Kurangi Risiko Terserang Lupus
BACA JUGA:Hati-hati Serangan Asam Urat di Usia Lanjut, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro itu menjelaskan bahwa penyakit jantung tidak berhubungan dengan produksi keringat pada tangan dan kaki.
Mitos lain yang menyebutkan bahwa mandi air dingin setelah berolahraga dapat menyebabkan serangan jantung, menurut Dani, pun tidak benar.
Kendati demikian, ia menjelaskan, orang yang punya penyakit jantung disarankan tidak langsung mandi air dingin setelah berolahraga agar tubuhnya tidak mengalami perubahan suhu drastis.
"Kalau yang diketahui ada penyakit jantung, penyumbatan atau penyempitan, tidak disarankan perubahan suhu mendadak, karena peristiwa alami secara normal habis olahraga pembuluh darah mengecil, pada pasien penyumbatan dapat memicu serangan, itu harus hati-hati," katanya.
BACA JUGA:Hati-hati! Dampak Konsumsi Kecubung dan Cara Mengatasi Efek Sampingya!
Menurut Dani, berolahraga tanpa melakukan pemanasan dan pendinginan serta berolahraga dengan intensitas tinggi juga bisa menimbulkan risiko serangan jantung.
"Paling sering terlalu semangat berolahraga dengan intensitas tinggi tanpa istirahat cukup sebelumnya, lupa ukuran olahraga dari denyut nadi, tidak warm up, tidak cooling down pada olahraga yang sifatnya permainan seperti futsal atau badminton, itu ada risikonya," ia menjelaskan.