Kiprah Indonesia Dalam Piala Asia U-23
Bek tengah Indonesia Rizky Ridho (kanan) berdeul dengan penyerang Uzbekistan Ulugbek Khoshimov dalam semifinal Piala Asia U23 2024-Foto : Antara-
Mereka justru tergenjot menaikkan level liga domestik sampai semenarik liga-liga luar negeri, dengan mengelola liga dan manajemen sepak bolanya dengan lebih profesional.
Harap diingat, selama lima edisi sebelum Qatar 2024, Indonesia selalu gagal mengikuti Piala Asia U23.
Pengalaman lima edisi Piala Asia U23 itu mirip dengan perjalanan klub-klub liga Indonesia dalam Liga Champions Asia yang menjadi salah satu ukuran kemajuan sepak bola klub.
Sejak diadakan pada 1967 ketika masih bernama Asian Champion Club Tournament, tak ada satu pun klub Indonesia yang berbicara banyak dalam kompetisi ini.
Thailand dan Malaysia sudah pernah mengirimkan klub-klubnya ke partai puncak turnamen itu, bahkan klub-klub Thailand pernah dua kali mengangkat trofi kompetisi elite Asia itu.
Jadi, dengan riwayat yang tak terlalu menggembirakan itu, tak ada salahnya Indonesia melakukan terobosan, termasuk melibatkan pemain naturalisasi, agar hasil yang dicapai lebih bagus.
Lagi pula pecinta sepak bola Indonesia khususnya, dan rakyat Indonesia umumnya, sudah terlalu lama menunggu hadirnya tim sepak bola negeri sendiri yang berbicara banyak dalam turnamen-turnamen kelas atas.
Memang bukan satu-satunya formula sukses, tapi strategi melibatkan pemain-pemain yang memiliki tradisi sepak bola lebih maju dan profesional, adalah bagian dari keberhasilan Garuda Muda saat ini.
Seharusnya itu menjadi faktor pendorong, bukan dianggap faktor yang menggerogoti liga domestik yang ini pun masih sangat bisa diperdebatkan, mengingat masalah-masalah berat yang masih dihadapi sepak bola kita, termasuk dugaan mafia, sampai PSSI membentuk Satgas Anti Mafia Bola. (ant)