Kebijakan Seragam Baru Timbulkan Beban Keuangan Wali Murid

Aktivitas siswa-siswi di Kota Palembang dengan seragam sekolahnya masing-masing-Foto: Koer dan Disway -

Di sisi lain, ada pula tujuan lain, yakni terkait persatuan dan kesatuan; kesetaraan tanpa memandang latar belakang peserta didik; serta disiplin dan tanggung jawab.

BACA JUGA:Hari Ini, Diprediksi Puncak Arus Balik

BACA JUGA:Jumlah Kendaraan di Pelabuhan Bakauheni Melonjak pada H+2 Lebaran

Namun kebijakan ini justru menimbulkan polemik dan kontradiksi serta menjadi sorotan terutama soal seragam khusus sekolah dan baju adat menjadi keharusan, yang menimbulkan kekhawatiran akan beban finansial  bagi orang tua/wali siswa. 

Seperti dikatakan Ahmad, salah seorang warga Kemuning Palembang.

 Menurutnya, kebijakan tersebut seharusnya mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat.

"Kami berharap pemerintah dapat mempertimbangkan situasi ekonomi keluarga kami. Janganlah kebijakan seragam baru ini membuat beban keuangan keluarga semakin berat," ungkapnya, Selasa, 16 April 2024.

BACA JUGA:Peristiwa Kemarin : Prediksi Puncak Arus Balik, Balon Udara Meledak Menimpa Mobil hingga PO Bus Rosalia Indah

BACA JUGA:Lalu Lintas di Jalan Tol Trans Sumatera Meningkat Tajam Selama Libur Lebaran

Sedangkan  Siti, warga Kota Palembang lainnya yang memiliki anak di tingkat SMP, mengungkapkan, keprihatinannya terhadap potensi tekanan psikologis yang bisa dialami oleh anak-anak akibat kebijakan ini.

"Anak-anak kita butuh lingkungan belajar yang kondusif dan bebas dari beban yang tidak perlu. Harapannya, kebijakan seragam baru ini tidak menambah stres pada anak-anak," tuturnya.

Terpisah, Zulkarnain, warga Kota Lubuklinggau mengatakan, kebijakan seragam sekolah baru khususnya ketersediaan baju adat itu terbatas, harga pakaian adat juga tentu lebih tinggi dari seragam sekolah yang sudah ada.

“Hal akan menjadi beban finansial bagi orang tua terutama mereka yang tergolong dari lapisan bawah atau ekonomi lemah," ungkap Zulkarnain.

Untuk itu, sebelum kebijakan seragam sekolah itu diberlakukan, ada baiknya mempertimbangkan seberapa efektifitasnya tujuan yang akan dicapai dan akibat yang akan menjadi beban orang tua.

"Ada baiknya seragam sekolah itu justru di kurangi, cukup 3 seragam saja, pemakaiannya bisa diselang seling atau diatur 2 hari berturut-turut, sehingga orang tua yang tergolong ekonomi lemah tidak terbebani," ucapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan