Ramadan dan Latihan Perang Supra-Badar
Ilustrasi-Foto: Istimewa-
Jika ada kesempatan kita untuk mencuri atau dalam konteks kekinian untuk korupsi, kita segera sadar bahwa kita sedang berpuasa.
Jika ada kesempatan kita untuk bergunjing tentang orang lain, karena saat itu sedang berpuasa, maka kita cepat sadar bahwa itu perilaku tidak baik.
Bahkan untuk berkata yang tidak bermanfaat saja, dengan sangat mudah kita segera sadar bahwa itu tidak pantas dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa.
Begitulah, dengan waktu selama satu bulan atau kurang lebih 30 hari berlatih untuk menjadi umat terbaik, diharapkan kondisi itu dapat dengan mudah dibawa ke hari-hari atau bulan-bulan berikutnya, setelah Ramadhan.
Tidak cukup dengan hanya berpuasa pada bulan Ramadhan, umat Islam juga diberi kesempatan oleh Allah untuk terus mengasah kebiasaan baik lewat pilihan-pilihan puasa sunah, seperti Senin-Kamis atau puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak puasa) dan ada puasa tiga hari setiap pertengahan bulan.
Kalau dulu ada kalimat bijak berbunyi, "Hormatilah orang berpuasa", kemudian dikiritisi dengan seharusnya jargon itu dibalik, "orang berpuasa harus menghormati yang tidak berpuasa".
Hal itu menunjukkan bahwa pemahaman hakiki terhadap puasa makin meningkat.
Hakikat puasa, jika dibawa ke mana-mana di luar Ramadhan, akan membawa dampak luar biasa, baik secara religius maupun secara sosial dan politik.
Puasa adalah langkah preventif yang disediakan oleh agama untuk mendidik umatnya selalu menampilkan perilaku terpuji di mana pun berada, baik sebagai guru, mahasiswa, pejabat publik dan lainnya.
Selamat menjalani puasa, selamat berlatih perang terberat dalam kehidupan. (ant)