Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (3)

Kisah Abu Sufyan Jilid 3-Foto: Istimewa-

Ia tak lagi dituntut dan dicela atas kesalahan yang diperbuat sebelum masuk Islam. 

Selanjutnya, ia bisa bertobat dengan amal saleh dan mudah-mudahan Allah mengampuni.

Islam melarang membeda-bedakan seseorang berdasarkan status, keturunan, atau rasnya.

Semuanya sama di hadapan Allah, yang membedakan hanya derajat ketakwaan.

BACA JUGA:Jaga Kekhusyukan Bulan Puasa

BACA JUGA:Penampilan Epik Billie Eilish di Oscar 2024: Sentuhan Musik yang Menggetarkan

Keberadaan Bilal bin Rabbah dan Salman al-Farisi merupakan bukti toleransi Islam yang sangat tinggi di masa itu.

Abu Sufyan, Hindun binti Utbah, dan juga Muawiyah memang memusuhi Rasul, namun setelah mereka masuk Islam, sejarah mencatat mereka benar-benar menjadi Muslim yang baik dengan ikut bersama-sama meninggikan kalimat Allah.

Di usia uzurnya, Abu Sufyan berperang bersama Rasul pada Perang Hunain, ia kehilangan salah satu matanya saat pengepungan Thaif,14 dan satunya lagi pada Perang Yarmuk.

Jadi sungguh tak bijak mengaitkan derajat Muawiyah dengan keturunannya yang memusuhi Islam. Banyak sahabat yang dulunya memusuhi Rasul ataupun sahabat yang orang tuanya tetap membangkang, namun mereka tetap mendapat nama yang harum dalam ingatan kaum Muslimin. 

Umar bin Khattab dulunya pernah mengubur anaknya hidup-hidup dan sempat memusuhi Rasul, sampai Rasul berdoa agar ia masuk Islam.

Khalid bin Walid memerangi Rasul pada Perang Uhud hingga fisik Rasul terluka, bahkan menyebabkan kekalahan kaum Muslimin.

Namun setelah masuk Islam, Khalid menjadi kebanggaan kaum Muslimin hingga Rasul menjulukinya Saifullah, sang Pedang Allah.

Begitu juga dengan asal usul keturunan, Ikrimah bin Abu Jahal tentu akan dikucilkan jika melihat kelakuan ayahnya Abu Jahal pada Nabi Muhammad.

Namun selepas masuk Islam pada penaklukkan Mekah, Ikrimah menebusnya dengan berjuang gagah berani pada Perang Yarmuk15 hingga mencapai syahid di sana. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan