Makan Siang Gratis, Kapan Realisasinya?

Ilustrasi program makan siang gratis pasangan Prabowo-Gibran-Foto: Istimewa-

Teras Pangan B2SA menggambarkan aspek ketersediaan pangan.

Masyarakat didorong untuk memanfaatkan lahan baik lahan desa, sekolah, PKK, dan lainnya untuk dapat memproduksi sayur-sayuran, umbi-umbian hingga sumber protein seperti unggas, ikan.

Berbeda dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang berorientasi pada peningkatan produksi, teras pangan fokus pada pemenuhan ketahanan pangan.

Gerai Pangan B2SA merupakan penerjemahan dari aspek keterjangkauan pangan.

Gerai pangan bekerja sama dengan BUMDes dalam menyediakan pangan yang bisa dibeli masyarakat setempat seperti minyak goreng, gula, dan beras.

Hasil tanam masyarakat pada program teras pangan pun dapat dijual di gerai pangan.

Selanjutnya, Rumah Pangan B2SA yang merupakan penerjemahan dari aspek pemanfaatan, yang digerakkan oleh PKK. Pada rumah pangan, ada aspek pengolahan yang mana terdiri atas penyusunan menu dan pengolahan makanan, serta aspek makan bersama B2SA dan sosialisasi.

Masyarakat diberikan edukasi terkait makanan yang memenuhi gizi seimbang dan diubah perilaku konsumsinya.

Setiap desa mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp75 juta per lokasi untuk menjalankan program B2SA tersebut.

Tujuan dari program itu tak hanya melahirkan generasi yang sehat, aktif dan produktif, angka stunting menurun dan daerah rentan rawan pangan menurun pula, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat untuk dapat mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang.

Tentunya program makan siang gratis yang dijanjikan akan dimulai pada 2025 itu diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi para penerima manfaat, tetapi juga dapat menggerakkan ekonomi dan mampu memberdayakan masyarakat setempat.

Dengan alokasi anggaran makan siang per siswa Rp15.000, misalnya, dan jumlah siswa mencapai puluhan juta jiwa, program tersebut bakal memberi tetesan kesejahteraan hingga ke akar rumput. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan