Alih Fungsi tak Terkendali, Rawa Berkurang dan Makin Kritis
Salah satu kolam retensi di Kota Palembang yang fungsinya harus maksimal dalam menampung aliran air menjadi penyeimbang terhadap dampak berkurangnya daerah rawa-Foto: Koer Palpos-
Bastari menegaskan bahwa banyak sungai mengalami kehilangan karena volume airnya tetap, namun tempat alirannya berkurang, sehingga air sulit mengalir dan masuk ke pemukiman, jalan, dan area lainnya.
Pemerintah setempat dan para ahli sepakat bahwa langkah-langkah konkret dan terencana perlu segera diambil untuk menjaga dan memulihkan ekosistem rawa, serta mengantisipasi dampak banjir yang mungkin terjadi di masa depan.
Terpisah, Pengamat Lingkungan Perkotaan, Taufik Anwar, mengatakan, penurunan jumlah rawa di Kota Palembang membawa konsekuensi serius terhadap kemampuan resapan air di kota ini.
"Kita harus menyadari bahwa berkurangnya luas rawa tidak hanya merugikan ekosistem, tetapi juga berdampak besar pada kemampuan resapan air di Kota Palembang," ujar Taufik Anwar.
Ia menjelaskan bahwa rawa memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan, termasuk fungsi resapan air yang mengurangi risiko banjir.
Dengan berkurangnya luas rawa, resapan air menjadi terbatas, meningkatkan potensi genangan air dan banjir ketika hujan deras melanda.
Taufik Anwar juga menyoroti perlunya upaya pelestarian dan restorasi rawa sebagai langkah kritis untuk mengatasi permasalahan ini.
"Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam upaya pelestarian dan restorasi rawa guna memulihkan daya tampung air dan mencegah dampak buruknya," tegasnya.
Pengamat lingkungan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak jangka panjang dari perubahan penggunaan lahan terhadap ekosistem air di Kota Palembang.
Ia juga menambahkan bahwa strategi pembangunan perkotaan haruslah mengintegrasikan aspek lingkungan untuk menjaga keberlanjutan kota dan mencegah bencana banjir yang sering terjadi.
"Kita tidak hanya membutuhkan perencanaan perkotaan yang cerdas, tetapi juga perlindungan terhadap sumber daya alam, seperti rawa, yang menjadi kunci keberhasilan dalam mengelola air di Kota Palembang," pungkas Taufik Anwar.
Rendy, salah seorang warga Kemuning Palembang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap berkurangnya wilayah rawa di Kota Palembang dan dampaknya terhadap kondisi banjir yang sering melanda kota tersebut.
"Selaku warga tentu merasakan langsung dampak dari berkurangnya wilayah rawa di sekitar kita. Setiap kali hujan deras, air langsung meluap ke pemukiman kami," ungkapnya.
Menurutnya, wilayah rawa yang berkurang membuat aliran air tidak memiliki tempat yang memadai untuk diserap, sehingga air meluap dengan cepat dan menyebabkan banjir.
Rendi juga menyaksikan sendiri perubahan lingkungan sekitarnya, dimana rawa yang dulu menjadi tempat alami untuk menyerap air, kini telah beralih fungsi menjadi lahan pemukiman.