Pameran Temporer Sriwijaya 2025 dan Pameran Kartu Pos Balwana Van Palembang 2025 Resmi Dibuka

Pameran Temporer Sriwijaya 2025 dan Pameran Kartu Pos Balwana Van Palembang 2025 --

PALEMBANG - Di antara gemerlap sejarah Nusantara, nama Sriwijaya selalu memiliki tempat istimewa. Ia bukan kerajaan pertama yang berdiri di kepulauan ini—Tarumanegara dan Kutai Kuno telah lebih dulu bangkit membangun wibawa dengan memanfaatkan arus besar keagamaan dan perdagangan pada masanya.

Namun satu hal sulit dibantah: Sriwijaya adalah kerajaan maritim pertama dengan napas kekuasaan terpanjang, bertahan setidaknya empat hingga lima abad, meninggalkan pengaruh yang merentang dari Sumatra hingga Semenanjung Malaya, bahkan menyentuh pusat-pusat studi Buddhisme di India.

Kini, jejak kejayaan itu direkam ulang dalam pameran “Jejak Sriwijaya: Berdiri di Antara Para Raksasa” di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Palembang. Pameran ini membuka kembali lembar-lembar peradaban yang pernah menjadikan Palembang sebagai salah satu pusat dunia maritim Asia Tenggara.

Sejak kelahirannya pada abad ke-7, Sriwijaya tidak tumbuh dari ruang kosong. Ia lahir dari interaksi panjang ribuan tahun: jalur pelayaran bangsa Austronesia, sungai-sungai besar yang menghubungkan pedalaman, dan posisi geografis Palembang yang berada tepat di antara dua pusat peradaban raksasa—India dan China.

BACA JUGA:Ratu Dewa: Pembangunan PLTSa Keramasan 66,60 Persen

BACA JUGA:Mantapkan Langkah Sumsel Menuju Health Tourism

Kombinasi kekayaan alam, pengalaman maritim, serta diplomasi membuat Sriwijaya mampu “berlayar di antara dua karang”. Dari Selat Malaka yang sempit, kerajaan ini menjelma menjadi pelabuhan kosmopolitan yang dihuni pedagang dari berbagai bangsa: Cina, India, Persia, Arab, Jawa, hingga Bugis-Makassar.

Sriwijaya tidak hanya menguasai perdagangan, tetapi juga mampu menjaga keseimbangan:

– antara datu dan rakyat,

– antara hasil dari pedalaman dan komoditas laut,

– antara ekonomi, budaya, dan kehidupan spiritual.

Museum SMB II menampilkan tiga prasasti utama dalam bentuk replika yang menjadi dasar rekonstruksi sejarah Sriwijaya yakni, prasasti kecil dari tepi Sungai Batang ini memuat catatan monumental tentang perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa bersama 20.000 pasukan dari Minanga Tamwan, yang menjadi penanda “kelahiran” Sriwijaya sebagai kekuatan maritim regional.

Ditemukan di lereng Bukit Seguntang, prasasti ini mencatat pembangunan Taman Sriksetra. Dapunta Hyang menuliskan harapan agar taman itu membawa kebaikan bagi semua makhluk—mencerminkan visi ekologis, spiritual, dan sosial Sriwijaya.

Prasasti tanpa tarikh ini memuat kutukan keras bagi para pengkhianat. Fungsinya jelas: mempertegas struktur politik kerajaan yang terpusat dan memastikan stabilitas wilayah yang luas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan