Jangan Hanya Viral, Utamakan Nilai Kemanusiaan
Sebelum menekan tombol post, pastikan ada hati di balik setiap kata-Foto : ANTARA-
JAKARTA – Di tengah maraknya konten digital yang mengulas berbagai isu sensitif, pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada (UGM), R. Derajad Sulistyo Widhyharto, S.Sos., M.Si, mengingatkan pentingnya menjaga empati dan kehati-hatian dalam membangun narasi, terutama ketika membahas peristiwa yang melibatkan korban jiwa atau kasus kriminal.
Menurut Derajad, dunia digital saat ini kerap diwarnai oleh kecepatan berbagi informasi yang tidak diimbangi dengan kepekaan terhadap nilai kemanusiaan.
“Konten yang baik bukan hanya menyampaikan fakta, tetapi juga menumbuhkan empati. Dalam kasus-kasus sensitif, penyampaiannya harus tetap menghormati martabat korban dan keluarganya,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat (8/11/2025).
BACA JUGA:Zero ODOL dan Jalan Panjang Menuju Keadilan Logistik
Ia menekankan bahwa pembuat konten perlu menempatkan korban sebagai manusia, bukan sekadar objek pemberitaan atau bahan sensasi.
Derajad mengingatkan agar tidak menampilkan gambar atau rekaman yang memperlihatkan tubuh korban maupun kesedihan keluarga secara berlebihan.
Sebaliknya, konten dapat difokuskan pada sisi edukatif seperti pentingnya keselamatan, keadilan, dan empati sosial. (ant)
BACA JUGA:Siswa Sekolah Rakyat Siap Kerja, Dapat Pelatihan Enam Bahasa Asing
“Pilihlah sudut pandang yang mendidik, bukan yang mempermalukan. Bahasa yang digunakan juga harus lembut, tidak provokatif, dan tidak menghakimi,” tambahnya.
Selain menjaga etika dalam penyajian, Derajad juga mendorong para kreator untuk menyajikan analisis yang berimbang.
Dalam konteks kasus kriminal, ia menilai lebih bermanfaat bila konten menyoroti akar persoalan, sistem hukum, dan dampak sosial, dibanding sekadar menonjolkan kronologi secara sensasional.
BACA JUGA:Raup Keuntungan Besar, Pelaku Ransomware Bermodal Kecil
Ia juga mengingatkan pentingnya memberi waktu kepada keluarga korban dan menunggu informasi yang akurat sebelum membagikannya ke publik.
“Empati tidak mengurangi daya tarik konten. Justru dengan konten yang berperasaan, kepercayaan dan kredibilitas akan tumbuh lebih kuat,” ujarnya.