Momentum Rombak Struktur Industri Beras

Anggota MPR RI yang juga anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan-Foto: Antara-

BACA JUGA:Verifikasi SPPG dan Perketat SOP

"Kondisi ini mengakibatkan petani kehilangan akses penggilingan terdekat dan memicu antrean panjang pada musim panen," tuturnya.

Di sisi lain, Johan menilai ancaman mogok dari penggilingan besar justru menjadi peluang membuka lapangan kerja baru bila produksi kemudian dialihkan ke penggilingan kecil maka potensi serapan tenaga kerja mencapai 180–220 ribu pekerjaan langsung dan hingga 440 ribu pekerjaan tidak langsung.

“Penggilingan kecil memberi multiplier effect ekonomi lokal yang lebih besar. Uang berputar di desa, membeli gabah dari petani sekitar, membayar buruh lokal, dan memakai jasa transportasi setempat,” katanya.

BACA JUGA:Peluang Wujudkan Kesetaraan, Lestari Moerdijat Dorong Literasi Keuangan Digital bagi Perempuan

BACA JUGA:KRI Bima Suci Bertolak dari Teluk Bayur Menuju Penang

Ia lantas mencontohkan distribusi penggilingan kecil lebih merata hingga ke pelosok, seperti di Sulawesi Selatan yang memiliki ribuan unit untuk melayani petani di daerah terpencil.

Dia pun menyebut sejumlah negara Asia telah menerapkan model pemberdayaan penggilingan kecil, seperti Vietnam yang menghubungkan 1,5 juta petani ke jaringan pemrosesan lewat koperasi, dan Thailand yang mengembangkan sistem “rice doctor” untuk meningkatkan kualitas produksi lokal.

Lebih lanjut, dia mengatakan tantangan efisiensi, seperti tingkat rendemen yang sedikit lebih rendah pada penggilingan kecil, dapat diatasi dengan modernisasi teknologi.

BACA JUGA:Program CKG Dorong Warga Lebih Peduli Kondisi Tubuh

BACA JUGA:TNI AD Pastikan Markas Enam Kodam Baru Selesai Akhir 2025

Menurut dia, investasi sebesar 1–1,5 miliar dolar atau setara 3–4 bulan subsidi pupuk disebut mampu memodernisasi penggilingan rakyat.

"Program EU-SWITCH Asia di Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi contoh, di mana 150 penggilingan kecil yang beralih dari mesin diesel ke listrik berhasil meningkatkan produktivitas 15–20 persen dan menghemat biaya operasional," ucapnya.

Berkaca pada kondisi di atas, Johan menegaskan pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki pilihan historis untuk membiarkan oligopoli terus menguat atau memanfaatkan krisis guna melakukan redistribusi ekonomi terbesar di sektor pangan.

BACA JUGA:MenkoPolkam: TNI Profesional Dalam Tangani Kasus Prada Lucky

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan