Wuling Klarifikasi Petisi Konsumen Soal Binguo EV Turun Rp180 Juta: Ini Penjelasannya !

“Kami akan segera mengundang perwakilan komunitas untuk berdiskusi dan meluruskan informasi yang simpang siur,” ungkap Brian.

Petisi online yang ditulis oleh Zyovanni Satya Negara mengungkapkan rasa kecewa atas penurunan harga Binguo EV yang disebut mencapai Rp180 juta hanya dalam kurun waktu tujuh bulan.

Menurutnya, langkah Wuling ini tidak transparan dan merugikan konsumen awal yang telah membayar harga penuh saat peluncuran.

“Penurunan drastis ini bukan karena kondisi pasar atau faktor pemakaian, tapi karena strategi Wuling yang tidak berpihak pada konsumen pertama,” tulisnya dalam petisi tersebut.

Petisi ini mendapat dukungan luas dari pemilik Binguo EV generasi awal, yang merasa bahwa investasi mereka mengalami depresiasi nilai yang terlalu cepat.

Fenomena penurunan harga mobil listrik bukan hanya terjadi di Indonesia.

Secara global, khususnya di Tiongkok sebagai negara produsen utama EV, perang harga antar pabrikan telah memaksa perusahaan untuk melakukan penyesuaian harga secara agresif.

Di Indonesia sendiri, Wuling bukan satu-satunya pabrikan yang menurunkan harga kendaraan listrik.

Model lain seperti Air EV juga dikabarkan mengalami revisi harga, menyusul masuknya pemain baru dan insentif pemerintah yang terus diperluas.

Para analis menyebut bahwa era EV saat ini memang tengah memasuki fase transisi pasar, di mana harga jual mulai menyesuaikan ekspektasi konsumen, infrastruktur charging membaik, dan persaingan antarmerek semakin sengit.

Meski klarifikasi dari Wuling Motors telah disampaikan, dinamika antara strategi pemasaran produsen dan ekspektasi konsumen awal masih menjadi tantangan tersendiri dalam era mobil listrik.

Konsumen berharap adanya transparansi dan perlindungan nilai investasi mereka, sementara produsen dituntut tetap kompetitif di pasar yang bergerak cepat.

Wuling saat ini berada di persimpangan penting: menjaga loyalitas konsumen sambil tetap agresif di pasar kendaraan listrik yang kian padat.

Pertemuan dengan komunitas akan menjadi langkah kunci untuk membangun kembali kepercayaan.