Dari Rojali dan Rohana : Menuju Ekonomi Produktif !

Ilustrasi-Foto : ANTARA-
Kampanye "Bangga Buatan Indonesia" harus diperkuat bukan hanya dengan promosi, tapi juga insentif yang konkret.
Sektor perbankan pun memiliki peran dalam mendorong konsumsi produktif.
Kredit konsumsi yang saat ini dominan, perlu dibarengi dengan perluasan akses terhadap kredit usaha rakyat, kredit inovasi, dan modal ventura untuk wirausaha muda.
Dengan demikian, kelas menengah tidak hanya dimanjakan dengan cicilan barang konsumsi, tapi juga diberdayakan untuk membangun usaha.
Kelas menengah Indonesia berada di persimpangan jalan.
Mereka bisa menjadi penggerak perubahan menuju Indonesia maju, atau justru menjadi simbol stagnasi jika hanya terjebak dalam konsumsi tanpa produktivitas.
Fenomena Rojali dan Rohana menunjukkan bahwa gaya hidup konsumtif yang tidak dibarengi daya saing hanya akan memperdalam risiko middle income trap.
Untuk menghindari jebakan pendapatan menengah, Indonesia harus mempercepat langkah menuju transformasi ekonomi berbasis inovasi.
Keberhasilan negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok menjadi pelajaran penting: hanya dengan investasi besar dalam pendidikan, riset, dan industri strategis, mereka berhasil melompati jebakan ini.
Indonesia bisa meniru langkah ini, dengan versi yang kontekstual dan berpihak pada kekuatan lokal.
Rojali dan Rohana akan tetap ada. Mereka adalah gejala sosial dari kelas menengah yang tengah mencari identitas ekonomi baru.
Namun, fenomena ini tidak boleh dibiarkan menjadi norma.
Pemerintah harus mengarahkan ulang kebijakan agar konsumsi tidak menjadi pusat pertumbuhan semata, tetapi ditopang oleh produktivitas dan pemerataan.
Indonesia punya peluang emas, tetapi jendela waktu tidak akan terbuka selamanya.
Bonus demografi akan berubah menjadi bencana jika tidak dimanfaatkan.