Mendagri: Pemda Harus Gerak Cepat Hadapi Kemarau 2025

Mentan Andi Amran Sulaiman (kiri) bersama Mendagri Muhammad Tito Karnavian (kanan) dalam Rakor Percepatan Swasembada Pangan Menghadapi Musim Kemarau 2025 yang digelar secara hybrid dari RSU Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Selasa (3/6/2025)-Foto : ANTARA-
Tito juga menyoroti pentingnya penyerapan dan pengelolaan stok beras secara optimal.
Hal ini menjadi perhatian khusus terutama di daerah-daerah yang harga berasnya masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), seperti kawasan Indonesia Timur dan wilayah kepulauan seperti Nias.
BACA JUGA:Pengrajin Songket Dapat Perhatian Pemprov Sumsel
BACA JUGA:Putusan MK : Pemerintah Wajib Gratiskan Pendidikan SD-SMP Negeri dan Swasta !
“Terima kasih juga Bulog yang sudah menyerap beras, terutama tantangan kita adalah bagaimana untuk menyerap dan kemudian menstok dengan baik,” tambah Tito.
Ia turut meminta perhatian khusus dari para kepala daerah, sekretaris daerah (sekda), serta organisasi perangkat daerah (OPD), terutama dinas pertanian, untuk bergerak bersama.
Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemendagri juga akan menggelar rapat khusus dengan Inspektorat daerah guna memantau langsung progres percepatan produksi pangan di masing-masing wilayah.
“Membuat sistem pelaporan, daerah mana yang sudah bergerak untuk menangani pompanisasi, irigasi, mendorong kesediaan air di daerah-daerah masing-masing, khususnya penghasil beras, mana saja daerah yang tidak, nanti akan kita evaluasi,” ungkapnya.
Dalam forum yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memaparkan bahwa stok beras nasional saat ini mencapai 4 juta ton, tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
Ia menyebut pada 1984 stok beras juga pernah tinggi dengan jumlah mencapai 3 juta ton.
Mentan juga menekankan pentingnya sinergi seluruh pemangku kepentingan dalam menjaga dan meningkatkan produksi beras.
Menurutnya, empat bulan ke depan (Juni hingga September) menjadi periode krusial dalam produksi padi. Oleh karena itu, penguatan pompanisasi, perbaikan irigasi, serta penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) menjadi prioritas.
Ia memastikan program pompanisasi akan terus dijalankan secara masif di berbagai daerah guna menjaga produktivitas sawah di tengah minimnya curah hujan.
“Ini yang menentukan titik kritis kita, kalau produksi beras. Nah, untuk memitigasi risiko kekeringan dan seterusnya, kita ada pompa, kita bagikan ada 80 ribu unit seluruh Indonesia. Ada alat mesin pertanian, kemudian ada perbaikan irigasi,” ucap Amran.
Amran juga menyoroti hambatan pelaksanaan irigasi yang belum terintegrasi antarlevel pemerintahan.