Kue Sagon Peninggalan Kuliner Tradisional yang Mulai Langka

Kue sagon si mungil legendaris dengan rasa gurih manis yang bikin nostalgia-foto:Istimewa-

Di tengah serbuan kue-kue kekinian, kue tradisional ini seolah tersisih dan hanya muncul pada momen tertentu seperti Idul Fitri atau pernikahan adat.

Namun belakangan, banyak pelaku UMKM dan pecinta kuliner tradisional yang mulai mengangkat kembali kue sagon ke permukaan.

Inovasi pun dilakukan, seperti menambahkan rasa cokelat, keju, atau wijen agar menarik bagi generasi muda.

Di balik kesederhanaannya, kue sagon memiliki potensi ekonomi yang cukup besar.

Modal pembuatannya relatif murah, dan jika diproduksi dalam skala rumahan bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan.

Apalagi, tren kembali ke makanan tradisional kini mulai meningkat seiring kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya.

Beberapa daerah telah memanfaatkan kue sagon sebagai produk unggulan oleh-oleh, seperti di Bantul (DIY), Pacitan (Jatim), dan Minang (Sumbar).

Kue sagon dikemas menarik dalam toples atau plastik vakum agar tahan lama dan siap dipasarkan secara daring maupun luring.

Untuk pengalaman terbaik, kue sagon sebaiknya dinikmati bersama teh hangat atau kopi pahit. Kombinasi ini akan menonjolkan rasa manis-gurih dari kue dan menciptakan harmoni rasa yang memuaskan.

Pelestarian kue sagon tidak hanya tugas para pelaku kuliner, tetapi juga masyarakat secara umum.

Mengajarkan resepnya kepada generasi muda, membeli produk UMKM lokal, dan menghadirkan kue sagon dalam acara keluarga adalah bentuk nyata menjaga warisan kuliner Indonesia.

Kue sagon adalah salah satu kekayaan kuliner nusantara yang harus dijaga keberadaannya.

Selain lezat dan sehat, kue ini juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Di tengah gempuran kuliner modern, kue sagon patut dilestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa.*

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan