Di Balik Insentif dan Keunggulan Mengapa Mobil Listrik Bekas Cepat Kehilangan Nilai

Di Balik Insentif dan Keunggulan, Mengapa Mobil Listrik Bekas Cepat Kehilangan Nilai- Foto: @facebook_Hyundai IONIQ INDONESIA-
BACA JUGA:RS Spyder Evo: Evolusi Teknik Balap Porsche yang Menginspirasi Era Hybrid
Dalam banyak kasus, penurunan harga bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan, sebuah angka yang mengejutkan untuk kendaraan dengan umur pakai yang masih sangat muda.
Ketakutan Soal Baterai Menjadi Faktor Utama
Salah satu penyebab utama jatuhnya harga mobil listrik bekas adalah kekhawatiran konsumen terhadap kondisi baterai.
Baterai merupakan komponen vital dan termahal dalam struktur kendaraan listrik.
Biayanya bisa mencapai 40% hingga 50% dari harga total kendaraan. Sayangnya, pemahaman masyarakat terhadap kesehatan baterai (battery health), sisa umur pakai, dan proses penggantiannya masih sangat minim.
Banyak konsumen yang ragu membeli mobil listrik bekas karena takut baterainya sudah tidak optimal, atau garansi baterai telah habis.
Perlu diingat bahwa garansi baterai mobil listrik rata-rata hanya sekitar 8 tahun atau 160.000 km, tergantung pabrikan.
Jika sebuah mobil listrik bekas sudah mendekati batas tersebut, otomatis calon pembeli akan berpikir ulang.
Ketakutan terhadap biaya penggantian baterai yang bisa mencapai ratusan juta rupiah membuat pasar menjadi sangat hati-hati.
Peluncuran Model Baru Terlalu Cepat Harga Bekas Tertekan
Industri mobil listrik berkembang dengan sangat cepat. Hampir setiap bulan, pabrikan otomotif menghadirkan model baru, baik dari segmen entry-level hingga premium.
Akibatnya, model lama menjadi cepat usang secara teknologi maupun tampilan.
Hal ini berbeda dengan mobil konvensional yang biasanya memiliki siklus produk lebih panjang, antara 4 hingga 6 tahun.
Ketika model baru dengan fitur lebih canggih dan harga bersaing muncul dalam waktu dekat dari peluncuran sebelumnya, harga mobil listrik versi lama langsung jatuh.