Eksotisme Bukit Layang : Warisan Leluhur di Antara Dua Sungai yang Menjadi Pusat Spiritualitas !

Bukit Layang Musi Rawas Utara.-Foto : Istimewa-

Menurut sejarah lisan yang dijaga oleh para tetua adat, Kerio Agung merupakan tokoh pemersatu yang pertama kali memimpin masyarakat Bukit Layang.

Ia bukan hanya seorang pemimpin secara politik, tetapi juga sosok spiritual yang dihormati sebagai tokoh suci.

BACA JUGA:Saung Desa Pulau Negara : Destinasi Wisata Baru di Ogan Ilir yang Menawan

BACA JUGA:Taman Bunga Baturaja : Surga Rekreasi Keluarga dengan Keindahan Alam yang Wajib Dikunjungi !

Di bawah kepemimpinannya, masyarakat hidup dalam harmoni, memiliki tatanan sosial yang mengadopsi struktur kasta sebagaimana ajaran Hindu kuno: sudra, kesatria, dan brahma.

Kerio Agung sendiri, dalam perjalanan spiritualnya, disebut sebagai seorang kesatria yang kemudian naik derajat menjadi brahma, pemimpin spiritual tertinggi.

Ia diyakini telah mencapai moksa yakni kebebasan dari siklus reinkarnasi di puncak Bukit Layang, menjadikannya tempat suci yang hingga kini masih disakralkan.

Meski berakar dari sistem kepercayaan Hindu, jejak spiritualitas di Bukit Layang tidak berhenti di sana.

Dalam perkembangan sejarah, nilai-nilai Islam perlahan mulai masuk dan memengaruhi sistem keyakinan masyarakat.

Proses ini tidak berlangsung secara konfrontatif, tetapi justru terjadi asimilasi nilai yang harmonis.

Hal ini terlihat dari perubahan struktur sosial dan pola ibadah masyarakat setempat, yang mulai mengenal konsep ketauhidan dan praktik keagamaan Islam, namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional seperti penghormatan terhadap leluhur, tempat keramat, serta ritual sedekah bumi.

“Kerio Agung bukan hanya dikenal sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai titik awal lahirnya sistem nilai yang menjadi dasar spiritual masyarakat. Keyakinan beliau sudah dipengaruhi Islam, namun tidak menghapus akar kepercayaan yang lebih tua,” ujar seorang tokoh adat di sekitar wilayah Bukit Layang.

Nama "Bukit Layang" sendiri memiliki beberapa penafsiran.

Dalam bahasa lokal, “layang” bisa bermakna dikirim atau melayang, yang merujuk pada legenda bahwa bukit tersebut "dilayangkan" atau dipindahkan secara gaib dari kawasan Rena Sekalawi di wilayah Lebong, Bengkulu.

Kisah ini menggambarkan kekuatan spiritual luar biasa yang diyakini menyertai proses pemindahan tersebut.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan