Mainan Tempo Dulu Bangkit Lagi, Jadi Alternatif Edukatif untuk Anak di Era Digital

Mainan Tempo Dulu Bangkit Lagi, Jadi Alternatif Edukatif untuk Anak di Era Digital-foto : tangkapan layar ig, dhanichram--

UNIK, KORANPALPOS.COM - Mainan tempo dulu seperti egrang, gasing, kelereng, congklak dan lompat tali kembali mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. 

Di tengah dominasi gadget dan permainan virtual banyak orang tua dan pendidik kini mulai menghidupkan kembali permainan tradisional sebagai sarana hiburan sekaligus pendidikan untuk anak-anak.

Mainan-mainan klasik ini dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari masa kecil anak-anak Indonesia. 

Terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti kayu, bambu atau plastik permainan ini bukan hanya menyenangkan tapi juga mendidik secara fisik, sosial dan emosional. 

BACA JUGA:Beragam Jenis Layangan, Warisan Budaya yang Terbang Tinggi di Langit Nusantara

BACA JUGA:Mainan Kelereng, Warisan Permainan Tradisional yang Tetap Diminati Anak-anak

Kini, permainan tersebut kembali diperkenalkan melalui kegiatan sekolah, komunitas budaya hingga festival permainan tradisional yang rutin digelar di berbagai daerah.

Permainan seperti enggrang membantu anak mengembangkan keseimbangan tubuh dan keberanian sementara congklak melatih kemampuan berhitung serta strategi. 

Gasing dan kelereng juga menjadi sarana anak belajar koordinasi, fokus dan kompetisi yang sehat.

Sementara itu, di sejumlah taman kota dan ruang terbuka hijau, komunitas pecinta budaya dan pemerhati pendidikan anak mulai menggelar kegiatan bermain bareng bertema “Mainan Zaman Dulu”. 

BACA JUGA:Congklak: Permainan Tradisional yang Kian Dilirik di Tengah Gempuran Teknologi Digital

BACA JUGA:Tren Mainan Anak Laki-Laki di Era Modern: Menggabungkan Teknologi dan Kreativitas

Kegiatan ini terbuka untuk umum dan kerap menarik perhatian anak-anak maupun orang tua. 

Tak jarang, orang dewasa pun ikut bermain sambil mengenang masa kecil mereka.

Dari sisi ekonomi kreatif, kebangkitan mainan tempo dulu juga membuka peluang baru. 

Banyak pengrajin lokal mulai memproduksi ulang mainan tradisional dengan sentuhan desain modern tanpa meninggalkan nilai budaya aslinya. 

BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Marga Pegagan Ilir Suku II : Jejak 3 Pangeran dan Terusan Bujang !

BACA JUGA:Daftar 10 Kampus Raksasa di Indonesia : Nomor 1 Terluas se-Asia Tenggara Mencapai 760 Hektare !

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan