Multiperspektif Puasa Ramadhan di Era Digital

Pedagang melayani pembeli di pasar wadai (kue) Ramadhan-Foto : ANTARA -

Di saat yang sama, gen-gen yang terkait dengan metabolisme lemak dan proses daur ulang komponen sel kian aktif, sedangkan gen-gen yang memicu peradangan berangsur menurun.

Gambaran ini memperlihatkan “orkestra molekuler” di dalam tubuh yang sedang menyesuaikan diri dengan ritme puasa, bak simfoni yang menenangkan di tengah kesibukan sel.

Nanoteknologi: “Minilaboratorium”

Puasa Ramadhan dapat dianggap sebagai “pabrik nano” yang beroperasi secara alami dalam tubuh.

Pada tingkat nanometer, sel-sel imun kita mulai beradaptasi.

Kemampuan sistem imun untuk meningkatkan efisiensi pertahanan di saat asupan energi terbatas menunjukkan adanya proses yang diatur sangat cermat.

Dalam ranah nanoteknologi, mekanisme ini mirip dengan bagaimana nanopartikel cerdas dirancang agar dapat membawa obat tepat sasaran secara efisien.

Saat puasa, proses pembersihan dan perbaikan sel berjalan lebih aktif.

Bagaikan sistem daur ulang yang sangat presisi: sampah organik diurai menjadi komponen-komponen dasar yang bisa dimanfaatkan kembali untuk menunjang kesehatan sel.

Menariknya, sejumlah penelitian modern juga mengaitkan puasa dengan peningkatan produksi senyawa antioksidan endogen (dibuat oleh tubuh sendiri) yang mampu meredam radikal bebas.

Dari kacamata nanomedicine (penggunaan nanoteknologi untuk tujuan medis), peningkatan aktivitas antioksidan dapat digambarkan sebagai perisai nano yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif, memperpanjang umur sel sekaligus mencegah penuaan dini.

Semua proses ini terjadi di minilaboratorium, di mana setiap molekul memiliki peran tertentu dan segala sesuatunya diatur oleh sinyal kimia yang begitu halus.

Puasa Ramadhan sering dikaitkan dengan ketenangan batin dan pengendalian emosi.

Menariknya, di level biologis, puasa juga berkaitan dengan penurunan peradangan (inflammation) di dalam tubuh.

Peradangan kronis, kerap disebut sebagai “silent killer,” adalah kondisi di mana sistem imun kita terus-menerus berstatus siaga, menghasilkan sitokin proinflamasi yang merugikan dan berpotensi memicu penyakit serius seperti diabetes, penyakit jantung, hingga kanker.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan