Kasus tak Terdiagnosa dan Kemampuan Nakes Tantangan Atasi Hipertensi

Ketua INASH dr. Eka Harmeiwaty, Sp.N .-Foto : ANTARA -
BACA JUGA:Dokter Ungkap Penyebab Bumil Rentan Terkena Influenza
"Makanya selalu kami tekankan bahwa pengendalian tekanan sangat penting untuk menghindari komplikasi hipertensi seperti stroke, jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kebutaan dan kepikunan," ujar dia.
Eka menyebut munculnya hipertensi di Indonesia kebanyakan dipicu oleh faktor risiko seperti merokok, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan.
Oleh karena itu, supaya masyarakat tidak terkena hipertensi, Eka menyarankan supaya masyarakat mulai mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, membatasi asupan garam dan rajin untuk mengukur tensi darahnya setiap hari.
Skrining hipertensi perlu digalakkan dalam menemukan kasus hipertensi lebih dini, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang paling tepat dan membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat.
Menurutnya, masalah hipertensi juga perlu dilihat secara genomik, artinya materi genetik seseorang juga perlu ditelusuri sehingga hipertensi bisa dicegah jika memang berpotensi tinggi.
Ia menyebut sebuah penelitian menunjukkan bahwa 60,1 persen hipertensi berhubungan dengan faktor genetik.
"Belakangan ini tes genomik juga semakin populer dalam dunia kesehatan, sebagai salah satu inovasi yang membantu mendeteksi dini penyakit tertentu termasuk hipertensi. Genomik adalah studi tentang profil gen yang ada di dalam DNA manusia," katanya.
Selain itu, Eka turut menganjurkan agar pemerintah mulai mempelajari kembali pedoman mengatasi hipertensi yang sudah disusun oleh INASH dan membuat aturan yang tegas soal banyaknya batasan garam yang boleh dikonsumsi masyarakat, termasuk pada makanan kemasan dan frozen food.
Sedangkan pada masyarakat, ia meminta agar masyarakat mulai rajin membaca label makanan untuk mengetahui besarnya garam yang terkandung dalam makanan tersebut. (ant)