DBD di Sumsel Terdata 6.263 Kasus : 37 Orang Meninggal Dunia !

Fogging merupakan salah satu upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD. Insert : ilustrasi nyamuk dbd. -Foto : Disway -

''Alhamdulillah, masuk tahun 2025, kasus DBD di Sumatera Selatan berangsur-angsur turun, " ucapnya. 

Meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumsel sepanjang  2024 dengan total 6.263 kasus dan 37 kematian, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga.

Banyak dari mereka berharap agar langkah-langkah pencegahan dan penanganan penyakit ini semakin diperkuat oleh pemerintah daerah.

Siti, salah seorang warga Palembang  mengatakan, bahwa fenomena peningkatan DBD tahun lalu sangat mengkhawatirkan.

"Sebagai ibu rumah tangga, saya merasa khawatir karena anak-anak sering bermain di luar rumah. Meski sudah dilakukan fogging (pengasapan) oleh petugas, cuaca yang tidak menentu dan hujan yang terus datang membuat kami tetap waspada," ujarnya, Rabu (5/2). 

Senada dengan Siti, Heru, warga Banyuasin, juga merasa khawatir akan tingginya jumlah kasus DBD di daerahnya.

"Kami berharap pemerintah dapat lebih sering melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, serta melakukan upaya pencegahan yang lebih masif, seperti pemberantasan sarang nyamuk," harapnya.

Selain itu, sejumlah warga juga berharap agar pemerintah lebih aktif melakukan pengawasan di daerah-daerah yang memiliki tingkat kasus tinggi, seperti Kota Palembang dan Banyuasin.

"Kami butuh lebih banyak tindakan nyata, bukan hanya pengasapan saja.

Pembersihan jentik-jentik nyamuk di saluran air dan tempat-tempat yang rawan juga perlu dilakukan rutin," ujar  Nina, warga Kota Palembang lainnya. 

Meskipun demikian, ada pula optimisme terkait penurunan jumlah kasus DBD pada awal tahun 2025. "Semoga dengan cuaca yang lebih stabil, kasus DBD dapat terus menurun. Kami berharap pihak Dinkes terus memantau dan meningkatkan upaya pencegahan serta edukasi kepada masyarakat," harap Agus, warga Ogan Ilir.

Sementara itu, Pemerhati Lingkungan Drs Taufik Anwar mengatakan, fenomena kasus DBD ini harus menjadi peringatan serius terkait pentingnya pengelolaan lingkungan yang lebih baik dalam upaya pencegahan penyakit.

"Kasus DBD yang terus meningkat ini tidak lepas dari kondisi lingkungan yang tidak terkelola dengan baik. Salah satunya adalah kebersihan lingkungan yang kurang dijaga oleh sebagian masyarakat, seperti genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti," ujar Taufik. 

Dia menekankan bahwa perubahan iklim dan intensitas curah hujan yang tinggi selama tahun 2024 juga berperan dalam memperburuk kondisi tersebut.

"Hujan yang terus turun menyebabkan genangan air di banyak tempat, yang menjadi sarang ideal bagi nyamuk penyebab DBD. Oleh karena itu, pencegahan harus dilakukan tidak hanya melalui fogging, tetapi juga dengan upaya edukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan secara lebih konsisten," lanjutnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan