Pemkot Palembang Perkuat Program MBG di 18 Kecamatan : Fokus Peningkatan Operasional !

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di salah satu sekolah di Palembang, Sumatera Selatan.--Foto: Antara
KORANPALPOS.COM – Pemerintah Kota Palembang terus memperkuat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah terbentuk di 18 kecamatan. Meski demikian, hingga saat ini baru tiga kecamatan yang telah beroperasi secara penuh, yakni Kecamatan Ilir Barat I, Sukarame, dan Kalidoni.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Adrianus Amri, menjelaskan bahwa program MBG dirancang untuk memberikan akses makanan bergizi secara gratis kepada siswa di sekolah-sekolah. Namun, implementasinya membutuhkan kesiapan operasional yang matang di setiap wilayah.
"Program MBG sudah terbentuk di 18 kecamatan, tetapi baru tiga wilayah yang sudah siap sepenuhnya untuk melayani secara operasional," ujar Adrianus di Palembang, Senin.
Adrianus menyebutkan bahwa dapur penyedia makanan untuk program MBG menggunakan sistem katering yang mampu memproduksi hingga 3.000 paket makanan per hari. Makanan bergizi tersebut kemudian didistribusikan ke sekolah-sekolah di wilayah yang sudah menjalankan program ini.
BACA JUGA:Kilang Plaju Tekan Emisi 1.307 Ton CO2e dengan Operasikan PLTS
BACA JUGA:LRT Sumsel Tingkatkan Pelayanan dengan Pembayaran Non-Tunai QRIS dan EDC
"Saat ini, kami menggunakan sistem katering untuk memastikan penyediaan makanan berjalan lancar. Setiap hari, 3.000 paket makanan didistribusikan ke siswa yang membutuhkan," tambahnya.
Menurutnya, pemerintah daerah juga terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi serta memastikan kualitas makanan yang disajikan sesuai standar gizi. Hal ini menjadi langkah strategis untuk mendukung kesehatan dan konsentrasi belajar siswa.
Untuk menjamin keberlangsungan program dan memastikan makanan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan, Pemkot Palembang telah membentuk tim pengawas khusus. Tim ini bertugas mengawasi pelaksanaan program serta menindaklanjuti berbagai keluhan atau masukan yang datang dari siswa, orang tua, maupun pihak sekolah.
"Tim pengawas ini akan menangani segala keluhan terkait program MBG. Mereka juga bertugas melakukan evaluasi secara berkala agar program ini terus berkembang dan berjalan lebih baik," jelas Adrianus.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program MBG adalah penggunaan boks plastik sebagai wadah makanan. Adrianus mengakui bahwa saat ini makanan masih didistribusikan menggunakan boks plastik karena keterbatasan stok ompreng (wadah makanan berbahan logam atau stainless steel).
BACA JUGA:ICRAF Gelar Pelatihan Pengelolaan Gambut
BACA JUGA:Kemenkumham Komitmen Lindungi Martabat Notaris
"Kami menyadari bahwa penggunaan boks plastik belum ideal. Namun, stok ompreng yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga kami belum bisa sepenuhnya beralih," katanya.