BSI Siap Jadi Akselerator Pertumbuhan Ekonomi

Perbankan Syariah Diprediksi Tumbuh Positif pada 2025. Foto:Ist--Foto: Antara

“POJK ini membuka potensi pengembangan ekosistem bisnis emas ke depannya. BSI sendiri sejak berdiri pada 3 tahun lalu terus mencatatkan kinerja yang sangat baik di bisnis produk emas, cicil dan gadai emas. Oleh karenanya, sudah semestinya BSI menjadi motor penggerak kegiatan usaha bullion yang sudah diatur POJK tersebut,” terangnya.

Lebih lanjut menurut Banjaran, dengan BSI menjalankan fungsi bullion bank maka BSI berkontribusi pada implementasi strategi hilirisasi pemerintah.

Dengan inovasi yang digencarkan oleh para pelaku industri keuangan syariah dan didukung regulasi, Banjaran optimistis sektor keuangan dan industri halal dalam negeri akan semakin berkembang dan berperan lebih aktif dalam pertumbuhan perekonomian nasional.

BACA JUGA:Tambah Stok Darah PMI : Paguyuban Sinarmas Sumsel Gandeng Disabilitas !

“Ekonomi dan keuangan syariah didorong untuk berperan secara lebih aktif, salah satunya melalui pengembangan industri halal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Penguatan industri halal juga berpotensi mendorong pendapatan pajak dan penerimaan zakat yang krusial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Selain itu, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” paparnya.

Menurut Banjaran, strategi pemanfaatan ekonomi syariah untuk pembangunan ekonomi 5 tahun ke depan adalah penciptaan sumber pertumbuhan baru, yang dapat didorong dari pengembangan di sektor pariwisata, akselerasi produksi produk industri halal seperti makanan dan minuman serta farmasi dan kosmetik halal, serta pengembangan sektor keuangan sosial syariah Ziswaf untuk mengatasi masalah kemiskinan dan masalah jumlah kelas menengah yang turun kelas. Banjaran juga menilai pengembangan sektor keuangan berbasis sosial, seperti Ziswaf akan berperan besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

“Strategi ekonomi syariah melalui penciptaan sumber pertumbuhan baru tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan tax base dan zakat base, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih inklusif,” ucapnya. 

Banjaran mengatakan perekonomian global pada tahun 2025 diperkirakan tumbuh stabil namun sedikit tertahan yang disebabkan naiknya ketidakpastian akibat arah kebijakan AS dan eskalasi ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, kenaikan tarif impor oleh AS terhadap beberapa negara yang memiliki surplus perdagangan tinggi dengan AS, termasuk Tiongkok, berpotensi meningkatkan fragmentasi perdagangan global. 

“Ke depan, Tiongkok, sebagai salah satu negara yang berpotensi dikenai kenaikan tarif impor berpotensi merelokasi ekspornya ke negara lain yang belum dikenai kenaikan tarif, seperti Vietnam” tutupnya.

BACA JUGA:Realisasi Pajak Daerah Sumsel capai Rp4,35 Triliun

Untuk perekonomian domestik, Banjaran memproyeksikan perekonomian domestik akan tumbuh meningkat ke level 5,1% - 5,2% di tengah prospek ketidakpastian global pada 2025. Di antara faktor penopang perekonomian domestik 2025 yakni inflasi yang tetap terkendali di rentang kisaran target, sehingga menopang daya beli dan permintaan domestik di tengah risiko lemahnya permintaan eksternal. 

Namun demikian, dia tidak menampik ada potensi peningkatan inflasi sebesar 0,4% serta penurunan PDB sebesar 0,1% seiring dengan kenaikan PPN dari 11% menjadi 12%.

Dia juga menilai rumus program quick win pemerintahan Prabowo-Gibran berpeluang mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi domestik di jangka panjang, termasuk melalui industri makanan minuman, penyediaan makanan minuman, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan.

“Sektor berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia, juga sektor terkait infrastruktur berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2025,” tutupnya. (nik/adv

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan