Ubah Minyak Jelantah Jadi Energi Hijau : Solusi Masa Depan yang Berkelanjutan !

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman dengan Direktur Utama PT Gapura Mas Lestari (GML) Heru Fidiyanto melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) terkait pasokan Feedstock Proyek Green Refinery Kilang Cilacap awal Desember 2024.-FOTO : ANTARA-

BACA JUGA: Benarkah Investor Asing Mulai Beranjak Meninggalkan Indonesia ? Simak Faktanya Berikut !

Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat rantai pasok sekaligus mendukung keberhasilan implementasi kilang hijau di Cilacap.

“Kolaborasi ini adalah langkah penting untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang konsisten bagi kilang hijau kami. Dengan pengalaman PT GML dalam rantai pasok, kami optimis proyek ini akan berjalan dengan baik,” tambah Taufik.

Kilang Cilacap telah menunjukkan kemampuannya dalam memproduksi HVO dan SAF dari bahan baku nabati.

BACA JUGA: PT Pos Indonesia Luncurkan Pospay Versi Terbaru : Menawarkan Kemudahan Transaksi Keuangan Digital !

BACA JUGA:Tutorial Klaim Saldo DANA Gratis Rp210 Ribu Hari Ini, 14 Desember 2024: Begini Langkah Mudahnya !

Untuk HVO, bahan baku yang digunakan adalah Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), menghasilkan produk bernama Pertamina Renewable Diesel (RD).

RD ini merupakan 100 persen minyak nabati yang dapat digunakan sebagai komponen pencampur (blending) dalam solar.

HVO memiliki kualitas lebih unggul dibandingkan biodiesel berbasis FAME (Fatty Acid Methyl Ester).

Produk ini dirancang untuk memenuhi standar tinggi, khususnya di negara-negara dengan empat musim seperti Eropa dan Amerika Serikat, yang membutuhkan bahan bakar dengan daya tahan lebih baik terhadap suhu ekstrem.

Sementara itu, SAF yang dihasilkan Kilang Cilacap memanfaatkan bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) atau inti sawit.

Saat ini, kontribusi RBDPKO pada SAF mencapai 2,4 persen, yang diproyeksikan akan terus meningkat seiring pengembangan lebih lanjut.

Produk SAF diharapkan menjadi solusi utama bagi kebutuhan bahan bakar industri aviasi, mendukung peta jalan nasional untuk penggunaan bahan bakar ramah lingkungan di sektor penerbangan.

Taufik menegaskan bahwa proyek ini memiliki dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dan ekonomi.

Dengan mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, proyek Green Refinery berkontribusi langsung pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan