Kendaraan Listrik Bukan Satu-satunya Solusi Dekarbonisasi di Indonesia
Ilustrasi mobil listrik-Foto : Dokumen Palpos-
KORANPALPOS.COM - Di tengah antusiasme global terhadap kendaraan listrik, seorang bankir dan ahli moneter, Cyrillus Harinowo, menyampaikan pandangan kritisnya bahwa mobil listrik bukan satu-satunya jalan menuju dekarbonisasi di Indonesia.
Menurutnya, meski mobil listrik dianggap ramah lingkungan, berbagai alternatif teknologi otomotif lain seperti mobil low-cost green car (LCGC), hybrid, dan kendaraan flexy juga memiliki potensi yang tak kalah signifikan dalam menurunkan emisi karbon.
"Saya awalnya tidak terlalu memikirkan dan berpikir bahwa mobil listrik adalah solusi utama bagi lingkungan. Namun, ternyata ada banyak teknologi lain yang sebetulnya bisa sama atau lebih ramah lingkungan," ujar Cyrillus dalam pernyataannya.
BACA JUGA:Audi E Concept: Mobil Listrik Canggih dengan Teknologi Super-Fast Charging !
BACA JUGA:BYD Denza D9 Meluncur : MPV Listrik Mewah dengan Fitur Lengkap, Bikin Alphard Galau !
Pemikirannya tersebut dituangkan dalam buku berjudul Multi-pathway for Car Electrification, di mana ia menyoroti tren teknologi otomotif yang lebih luas dalam menghadapi tantangan iklim.
Di dalam buku yang mencapai hampir 300 halaman tersebut, Cyrillus mengupas berbagai strategi dan teknologi otomotif, seperti kendaraan listrik murni (Battery Electric Vehicle/BEV), hybrid, dan alternatif lainnya dalam upaya dekarbonisasi.
Ia berharap buku ini bisa menjadi sumber informasi yang membantu masyarakat dan pemerintah memahami opsi-opsi dekarbonisasi yang beragam, sehingga lebih siap mendukung visi Net Zero Emissions (NZE) Indonesia.
BACA JUGA:Ford Kembali ke Indonesia : Boyong 2 Legendaris Mustang dan Raptor pada GJAW 2024 !
BACA JUGA:MG Luncurkan Crossover Listrik Terbaru ES5 : Harga Mulai Rp220 Juta, Bikin Wuling Auto Pusing !
Inspirasi untuk penulisan buku ini, ungkap Cyrillus, berawal dari pernyataan mengejutkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada tahun 2020, yang menegaskan Inggris akan melarang penjualan mobil konvensional pada tahun 2030, menyisakan hanya mobil listrik sebagai opsi utama.
"Satu pernyataan dari Boris Johnson itu membuat saya berpikir bahwa ini adalah jalan yang tidak dapat diubah lagi. Indonesia perlu menyiapkan langkah-langkah khusus, karena masyarakatnya masih perlu sosialisasi lebih lanjut," katanya.
Meskipun dorongan negara-negara Barat terhadap mobil listrik cukup kuat, Cyrillus meyakini Indonesia perlu pendekatan yang berbeda.
BACA JUGA:Mobil Listrik Vs Mobil Konvensional : Apa yang Dicari Konsumen Indonesia ?