Update ! Kurs Rupiah 28 Oktober 2024 : Terus Melemah 72 Poin Menjadi Rp15.719 per Dolar AS
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi tergelincir cukup signifikan, mengalami penurunan 72 poin -Foto : Dokumen Palpos-
Timur Tengah dikenal sebagai kawasan yang sangat penting bagi pasokan minyak dunia, dan setiap gejolak di sana dapat menyebabkan lonjakan harga minyak global.
Kenaikan harga minyak ini pada akhirnya berdampak pada perekonomian negara-negara pengimpor minyak, termasuk Indonesia.
Selain itu, potensi perang yang lebih luas di Timur Tengah juga dapat mendorong para investor global mengalihkan dananya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS, emas, dan obligasi pemerintah AS.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan aliran modal keluar dari pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang akhirnya memperlemah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Bank Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, telah mengambil berbagai langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pasar keuangan.
Salah satu kebijakan utama yang dilakukan adalah intervensi melalui pembelian surat berharga pemerintah yang diperdagangkan di pasar sekunder.
Bank Indonesia juga aktif di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar ketika terjadi gejolak di pasar keuangan global.
Strategi triple intervensi yang dilakukan BI tidak hanya berfokus pada pasar valuta asing, tetapi juga pasar surat berharga sekuritas valas dan sukuk.
Dengan intervensi ini, BI diharapkan mampu menyeimbangkan kebutuhan pasar domestik akan likuiditas dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah kondisi pasar yang bergejolak.
Para pengamat ekonomi menyebutkan bahwa kebijakan triple intervensi ini merupakan bentuk komitmen kuat BI dalam menjaga stabilitas pasar.
Kepercayaan pelaku pasar terhadap langkah-langkah yang dilakukan BI menjadi kunci untuk menjaga kestabilan nilai tukar di tengah ketidakpastian eksternal.
Sebagai bank sentral, BI memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas moneter di Indonesia, terutama pada saat-saat krisis atau ketidakpastian global.
Pelemahan rupiah yang berkepanjangan dapat berdampak pada perekonomian Indonesia secara menyeluruh, terutama pada sektor impor.
Mengingat Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, pelemahan rupiah akan meningkatkan biaya impor.
Dampaknya, harga barang-barang impor dapat naik, yang pada akhirnya berdampak pada harga-harga di dalam negeri.