Dokter Mata di Bali Kenalkan Teknologi Baru Atasi Kelainan Refraksi
Pengunjung memeriksakan kesehatan mata gratis di salah satu pusat perbelanjaan di Denpasar, Bali .-Foto : ANTARA -
Senada dengan Dewiyani Pemayun, Dokter spesialis mata (konsultan) Dr Ni Luh Diah Pantjawati menambahkan pasien mata minus atau silinder juga banyak dialami anak-anak.
Untuk itu, ia mengimbau orangtua untuk mengurangi penggunaan gawai kepada anak-anak.
BACA JUGA:Buah Kaktus: Si Tangguhyang Punya Segudang Manfaat untuk Kesehatan
BACA JUGA:Manfaat dan Keistimewaan Sayur Bening Bayam dalam Hidup Sehat
Orangtua, lanjut dia, perlu mengajak anak-anak beraktivitas luar ruangan di antaranya mengenal lingkungan sekitar misalnya sawah, pantai atau pemandangan hijau.
Ada pun jarak pandang aman dari gawai atau televisi, imbuh dia, sekitar 30 centimeter dari mata dengan durasi menyesuaikan usia, yakni maksimal satu hingga dua jam setelah itu mata harus istirahat.
Begitu juga membaca, dapat menerapkan teknik 20:20 yakni 20 menit membawa, istirahat 20 detik untuk melihat sejauh 20 kaki atau sekitar enam meter.
“Gaya hidup itu mempengaruhi. Untuk itu minimalkan penggunaan gawai dan lebih banyak aktivitas luar ruangan dengan melihat pemandangan hijau ini untuk perkembangan motorik otot mata agar terjaga,” katanya. (ant)