Pupuk Indonesia Sambut Positif Usulan Singkong sebagai Komoditi Penerima Subsidi
Pupuk Indonesia Sambut Positif Usulan Singkong sebagai Komoditi Penerima Subsidi-Foto : humas pt pusri-
Forum Group Discussion mengenai "Strategi Peningkatan Produktivitas Singkong dan Kebijakan Dukungan Pupuk Bersubsidi untuk Petani" ini dihadiri Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ismariny; Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian, Jekvy Hendra; Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Tanah dan Pupuk, Ladiyani Retno Widowati; Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, Daconi Khotob; Ketua 1 Bidang Pengembangan Bisnis & Produk Masyarakat Singkong Indonesia, Helmi Hasanudin.
Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Bambang Pramono; Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Bani Isproyanto; Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwidjaja, A. Muslim; serta perwakilan kepala dinas pertanian kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara itu, lebih lanjut Tri Wahyudi mengatakan bahwa Pupuk Indonesia mempunyai teknologi memformulasikan pupuk NPK sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan tanaman memiliki NPK khusus tanaman singkong, yaitu NPK 17-6-25. Pupuk ini memiliki kandungan Nitrogen 17 persen, Phosphatase 6 persen, dan KCL 25 persen.
Berdasarkan hasil uji coba di sejumlah daerah, khususnya di Sumatera pengaplikasian pupuk ini mampu meningkatkan produktivitas tanaman singkong.
Rata-rata hasil panen petani singkong pada saat pengaplikasian pupuk tersebut sebesar 45 ton/hektare, dari rata-rata panen sebelumnya 27 hingga 28 ton/hektare.
"Petani singkong yang sebelumnya mendapatkan pupuk bersubsidi bisa terobati dengan kehadiran NPK singkong. Persoalannya apakah pupuk ini bisa masuk ke dalam skema subsidi, ini yang harus kita diskusikan dalam FGD. Pastinya pupuk ini dapat digunakan oleh petani dalam pemupukan secara efisien dan berimbang sehingga dapat meningkatkan produktivitas singkong," kata Tri Wahyudi.
Adapun bukti lain dari perhatian Pupuk Indonesia terhadap komoditas singkong, tambahnya, pihaknya telah melakukan demonstration plot (demplot) di lahan bekas tambang timah yang ada di Bangka Belitung.
Lahan bekas tambang tersebut dikembalikan kesuburannya dengan menggunakan produk Pupuk Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk budidaya singkong. Kawalan budidaya tersebut juga menggunakan NPK singkong.
Tak hanya, Tri Wahyudi menambahkan, pupuk Indonesia juga membuat Kampung Singkong di Lampung Tengah, tepatnya di Desa Sriwijaya Mataram, Kec. Bandar Mataram. Desa ini menjadi percontohan pengembangan komoditas singkong yang dilakukan Pupuk Indonesia.
“Petani singkong membutuhkan pendampingan yang berkesinambungan dan bantuan subsidi pupuk dengan formula NPK 17-6-25, agar produksi tinggi dan kelestarian lahan pertanian terjaga,” pungkas Tri Wahyudi.***