Update ! Kurs Rupiah 2 Oktober 2024 : Turun 4 Poin Menjadi Rp15.210 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami penurunan pada awal perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024.-FOTO : ANTARA-
Ketika ketegangan geopolitik meningkat, investor biasanya memilih untuk mengalihkan dana mereka ke aset-aset yang dianggap aman.
Aset safe haven seperti dolar AS, emas, dan obligasi pemerintah negara maju sering kali menjadi pilihan utama para pelaku pasar.
Ini terjadi karena aset-aset tersebut cenderung lebih stabil dan kurang terpengaruh oleh ketidakpastian global.
Dalam kasus ketegangan di Timur Tengah, aksi safe haven ini membuat permintaan terhadap dolar AS meningkat, sehingga menekan mata uang-mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Indeks saham di AS dan Eropa yang turun tajam juga mencerminkan kekhawatiran investor global terhadap dampak lebih lanjut dari konflik ini.
Namun, tidak semua pasar merespons dengan pesimisme.
Sebagian besar indeks pasar saham Asia justru bergerak positif, dengan beberapa mata uang regional mengalami penguatan terhadap dolar AS.
Ini menunjukkan bahwa meskipun sentimen global cenderung negatif, ada optimisme bahwa dampak dari ketegangan geopolitik tersebut mungkin bersifat sementara dan terbatas pada kawasan Timur Tengah.
Ariston memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan terus dipengaruhi oleh perkembangan situasi di Timur Tengah.
Jika ketegangan terus meningkat, pelemahan rupiah bisa berlanjut dan mendekati level Rp15.250 per dolar AS.
Namun, jika konflik mereda dan risiko geopolitik menurun, rupiah memiliki potensi untuk kembali menguat menuju level Rp15.180 per dolar AS.
"Pasar akan sangat memperhatikan perkembangan di Timur Tengah. Jika ketegangan semakin mereda, kita bisa melihat sedikit stabilitas di pasar dan rupiah mungkin menguat kembali," tambah Ariston.
Selain itu, kebijakan dari Bank Indonesia juga akan berperan penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
BI diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar untuk mencegah pelemahan yang terlalu tajam, terutama jika situasi global terus memburuk.
Pemerintah Indonesia, melalui Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, terus berusaha menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global.