Update ! Kurs Rupiah 12 September 2024 : Tergelincir 23 Poin Menjadi Rp15.425 per Dolar AS

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). -FOTO : ANTARA-

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 30 Agustus 2024 : Melemah 35 Poin Menjadi Rp15.459 per Dolar AS

Hal ini lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2 persen, yang menandakan tekanan harga di sektor-sektor tertentu masih ada meski inflasi keseluruhan menurun.

Secara tahunan, inflasi inti stabil di angka 3,2 persen yoy, dan ini memberi isyarat bahwa inflasi inti tetap menjadi tantangan yang perlu dihadapi The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan moneternya.

Kenaikan inflasi inti yang stabil ini dinilai mengurangi ekspektasi pasar terkait kemungkinan The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga agresif pada sisa tahun 2024.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 28 Agustus 2024 : Turun 14 Poin Menjadi Rp15.509 per Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 26 Agustus 2024 : Melonjak 182 Poin Menjadi Rp15.492 per Dolar AS

Beberapa analis bahkan mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga hingga 50 basis poin (bps) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan September 2024 mendatang.

“Dengan inflasi inti yang stabil dan IHK headline yang melandai, The Fed kemungkinan akan tetap bersikap hati-hati dan tidak terburu-buru dalam memangkas suku bunga,” tambah Josua.

Kondisi ini memberikan dukungan bagi dolar AS untuk menguat, sementara mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah, cenderung tertekan.

Data inflasi AS yang turun ini sejalan dengan tren kenaikan dolar AS.

Indeks dolar AS, yang mengukur kinerja dolar terhadap sejumlah mata uang utama dunia, diperdagangkan menguat sebesar 0,05 persen menjadi 101,68 poin pada perdagangan Kamis.

Penguatan ini didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan tetap mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun juga naik satu basis poin menjadi 3,65 persen.

Kenaikan imbal hasil ini mencerminkan peningkatan minat investor terhadap aset-aset berdenominasi dolar AS, yang pada gilirannya memperkuat nilai tukar mata uang tersebut.

Di sisi lain, pasar saham AS justru bergerak menguat seiring dengan optimisme investor terkait pemilihan umum (pemilu) AS yang akan datang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan