Update ! Kurs Rupiah 2 September 2024 : Melemah 65 Poin Menjadi Rp15.520 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin pagi tercatat mengalami penurunan, mencerminkan ketidakpastian di pasar mata uang menjelang rilis data tenaga kerja AS yang sangat dinanti-Foto : Dokumen Palpos-
Namun, meskipun ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih besar telah berkurang, pasar tetap yakin bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga acuannya, meskipun mungkin dengan besaran yang lebih kecil.
Dalam konteks nilai tukar rupiah, Ariston memperkirakan bahwa mata uang Indonesia ini berpotensi melemah lebih lanjut hingga mendekati level Rp15.500 per dolar AS, dengan level support berada di sekitar Rp15.430 per dolar AS.
Ini berarti bahwa, meskipun rupiah saat ini masih berada dalam fase konsolidasi, ada kemungkinan pelemahan lebih lanjut jika sentimen pasar global terus didominasi oleh ketidakpastian.
Potensi pelemahan ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya, seperti dinamika pasar keuangan global dan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, termasuk The Fed.
Jika data tenaga kerja AS yang dirilis pekan ini menunjukkan hasil yang kuat, hal ini bisa memberikan tekanan lebih lanjut pada rupiah, terutama jika pasar melihat hal tersebut sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin tidak akan terburu-buru dalam menurunkan suku bunga.
Pergerakan nilai tukar rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan kebijakan moneter di AS, tetapi juga oleh faktor-faktor domestik.
Stabilitas politik, kondisi ekonomi dalam negeri, dan kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI) juga memainkan peran penting dalam menentukan nilai tukar rupiah.
Selain itu, arus modal asing, baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio, juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Dalam konteks ini, Bank Indonesia telah berupaya menjaga stabilitas rupiah melalui berbagai kebijakan, termasuk intervensi di pasar valuta asing dan penyesuaian suku bunga.
Namun, tekanan dari faktor eksternal, terutama yang berasal dari kebijakan moneter AS, sering kali menjadi tantangan yang sulit diatasi, mengingat kuatnya pengaruh dolar AS dalam sistem keuangan global.
Menghadapi ketidakpastian di pasar global, Bank Indonesia perlu terus menerapkan kebijakan yang adaptif dan responsif.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat cadangan devisa, yang dapat digunakan untuk menstabilkan rupiah melalui intervensi pasar.
Selain itu, Bank Indonesia juga dapat memperkuat kerja sama dengan bank sentral lainnya untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.
Selain itu, upaya untuk memperkuat ekonomi domestik juga menjadi kunci dalam menjaga stabilitas rupiah.
Dengan meningkatkan daya saing ekonomi, menarik investasi asing, dan memperkuat ekspor, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada arus modal asing yang bersifat jangka pendek, yang sering kali menjadi sumber volatilitas nilai tukar.